Bagaimana jika cinta datang dari dua dunia yang tak pernah diajarkan untuk saling mendekat?
Maya percaya pada tarian, doa, dan adat. Sebagai penari jepen di tanah Kutai, hidupnya berjalan dalam irama yang teratur hingga Gazi datang dengan kamera, kaki-kaki lelah, dan mimpi yang liar.
Ia asing. Ia tak mengerti diam. Tapi dari balik bidikan lensanya, Maya mulai melihat dunia yang lebih luas dan cinta yang rumit.
Ketika batas antara warisan dan keinginan mulai kabur, keduanya dihadapkan pada satu pertanyaan:
Apakah semua cinta harus diperjuangkan, atau justru dilepaskan agar tak saling melukai?