Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Anvita Dahayu kala itu baru berusia sepuluh tahun saat ia dan ibunya mengalami peristiwa mengerikan. Menjadi korban ledakan bom di sebuah hotel, daerah Mega Kuningan, Jakarta, 5 Agustus 2003. Peristiwa itu menciptakan trauma hebat yang membekas sangat dalam selama hidupnya. Suara gaduh, jeritan, tangisan, kobaran api, raungan ambulan, kepulan asap, dan letusan yang memekakkan telinga. Semua kengerian itu terekam kuat dalam memorinya. Masa lalunya yang mengerikan membuat Anvita Dahayu tumbuh menjadi perempuan yang teramat sensitif pada aksi-aksi kekerasan, terorisme, dan kejahatan kemanusiaan. Di sisi lain ia menjadi manusia yang menggugat takdir dan kuasa Tuhan. Anvita Dahayu bekerja di Women Movement Institute (WMI), sebuah Non-Governmental Organization (NGO) yang bergerak dalam menyuarakan perlawanan terhadap kekerasan perempuan dan anak serta membela korban pelanggaran Hak Asasi Manusia. Suatu hari WMI harus mendampingi seorang perempuan bernama Zahwa, seorang istri pimpinan gembong teroris. Perjumpaan antara Anvita Dahayu dan Zahwa membuka kembali pedihnya trauma masa lalu yang belum terobati. Dari perjumpaan itu Anvita Dahayu perlahan memasuki lorong-lorong kehidupan Zahwa. Termasuk mengetahui sejarah keluarganya serta sebab pilihan hidupnya. Lantaran Zahwa pula Anvita Dahayu harus terseret menghadapi seorang perempuan bernama Nandini yang diusir dari desanya lantaran dituduh menyebarkan paham berbahaya.