Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Karena aku perempuan, aku selalu dibayang-bayangi setumpuk pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Katanya, anak perempuan harus bisa masak, mencuci, membersihkan rumah. Padahal kodratku sebagai perempuan hanya berlandaskan pada tiga hal hamil, melahirkan, dan menyusui. Selebihnya bagiku laki-laki pun bisa mengerjakannya. Memang apa salahnya laki-laki memasak?
Karena aku perempuan, aku tak boleh mengenyam pendidikan tinggi karena ujung-ujungnya aku hanya perlu menghabiskan sisa hidupku di rumah. Menjadi istri yang hanya perlu menuruti suami dan menjadi ibu bagi anak-anakku. Padahal bagiku, kala pola pikirku sudah dimerdekakan oleh pendidikan, aku akan menjadi perempuan yang mampu memilihkan siapa laki-laki yang layak menjadi ayah bagi anak-anakku kelak dan menjadi ibu yang bisa melahirkan anak-anak dengan kualitas yang baik.
Karena aku perempuan, aku dibatasi usia tertentu untuk menikah dan dilabeli "perawan tua" kalau melebihi usia yang ditentukan entah oleh siapa. Padahal aku juga memiliki hak untuk menentukan sendiri pilihan hidupku. Di usia berapapun aku menikah, bukankah itu hakku?
Karena aku perempuan, aku akan dilabeli "tidak lengkap" kala aku belum memiliki anak. Padahal amanah memiliki anak sepenuhnya takdir dari Tuhan yang tidak seharusnya dianggap sebagai ketidaklengkapan.
Karena aku perempuan, aku selalu dituntut untuk "manut" saja tanpa banyak bicara. Padahal aku juga memiliki pendapatku dan aku berhak untuk bicara.
Karena aku perempuan, aku akan selalu dianggap egois kala aku memutuskan untuk mengikuti ambisiku dalam meraih mimpi. Padahal bagiku perempuan juga berhak memiliki mimpi tinggi dan memperjuangkannya. Mimpi adalah hak setiap manusia, bukan hanya keistimewaan khusus untuk laki-laki.
Karena aku perempuan, aku harus direndahkan martabatnya hanya karena sekadar penampilan. Padahal martabatku, harga diriku, nilaku tidak bisa diukur hanya dengan sekadar penampilan fisik saja.