Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Latar belakang kisah ini mendekati akhir jaman Dinasti Sanjaya di mana Kerajaan Sanjaya sudah lama menjadi daerah jajahan Syailendra (Dinasti Syailendra adalah dinasti atau kerajaan yang memerintah dan menguasai semua daerah di pulau Jawa dan semenanjung Sumatra di mana yang menguasai Melayu saat itu adalah orang India, Persia dan Arabia. Bhumi Mataram sebagai ibukota Kerajaan Syailendra. Prabu Arya (anak dari Balaputradewa Raja Syailendra) melihat Raja Abimanyu (Raja Kerajaan Sanjaya) berdiri di jembatan lalu berbicara dengannya. Raja Abimanyu pamit kembali ke Sanjaya. Prabu Arya bertanya apakah Abimanyu tidak mau melihat penobatan selir Ki menjadi permaisuri. Ia mengingatkan tanpa bantuan selir Ki, Abimanyu sudah lama mati. Dengan mata berkaca-kaca, Abimanyu menitipkan rasa terima kasihnya. Lalu ia pergi. Prabu Arya bertanya apakah Abimanyu masih mencintai Ki Anantari. Abimanyu tidak menjawab walau ia terlihat menahan tangis dan ia terus pergi.
Prabu Arya berkata ia mencintai Selir Ki Anantari dan dia adalah segalanya baginya. Sambil meneteskan air mata ia menegaskan Ki Anantari bukanlah milik Abimanyu. Seorang dayang Istana mengabarkan pada Ki Anantari bahwa Abimanyu akan kembali ke Sanjaya. Ki Anantari tak mengatakan apa-apa.
Acara penobatan Permaisuri Prabu Arya (sekaligus pernikahan). Selir Ki Anantari dalam baju kebesarannya ditandu melewati deretan pejabat dan penghuni istana Syailendra yang berlutut di halaman istana. Prabu Arya menyambutnya dengan senyum dan mengulurkan tangan. Ki Anantari menyambut uluran tangan Prabu Arya. Mereka minum arak bersama. Seraya bergandengan tangan mereka berjalan menuju ke Tahta Kerajaan.
Semua orang bangkit berdiri.
"Hidup Permaisuri Ki! Hidup Prabu Arya!" seru mereka. Tapi Selir Ki Anantari melihat seseorang di kejauhan. Abimanyu.
Tanpa terasa air matanya mengalir. Abimanyu nampak sedih lalu pergi dari sana. Ki Anantari terus melihat ke arahnya hingga Abimanyu tak terlihat lagi.