Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Wedang ludira tan kena kanggo usada, sirna sukma saking raga wus dadi gelung sinubekta. Teja-teja marganing traju puspita tumpes rampek sanalika. Temahan tirta gumanti angsluping surya sinorot bang tanpa daya"
Keris Puspa Dumilah adalah sebilah keris karya Empu Gandring yang tak pernah tersorot keberadaannya. Keris ini menyimpan bara kesumat hampir serupa keris yang dirampas Ken Arok dari Empu Gandring. Puspa Dumilah mengemban kebengisan sebab terkena tetesan air yang digunakan untuk mendinginkan keris pesanan Ken Arok setelah ditempa. Keris ini terkubur sejarah dan rotasi waktu bersamaan dengan dibunuhnya sang Empu Gandring oleh Ken Arok. Sekarang keris ini masih menunggu siapa yang mampu menguasai dan menjemputnya dari alam kedua. Keris ini juga dijaga oleh sesosok siluman ular piton raksasa bernama Eyang Sarpa Kedhasih. Ular itu akan terus menjaga dan melingkupi pula siapa pun yang membawa Puspa Dumilah. Sekarang keris itu masih termangu dengan seribu dendam, rasa haus darah, dan gusar menunggu waktu kebangkitannya. Dari legenda terselubung inilah kisah berdarah Ki Kusno dan Baskoro bermula.