Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Aku sungguh-sungguh tak peduli lagi dengan kondisi yang kualami ini. Tak kuberitahu orangtua. Tak perlu ke dokter. Aku merasa sehat-sehat saja karena tetap kuat ketika bermain bola.
Tapi sorot mata dengan tatapan aneh yang orang-orang perlihatkan ketika melihatku, membuatku jadi malu. Jika ada di antara mereka yang bertanya apakah aku sedang sakit, aku jadi bingung harus berkata apa. Masih saja ada yang mengatakan aku sakit ini lah, sakit itu lah. Berada di antara mereka membuatku sangat tidak bahagia.
Pada suatu hari usai main bola, setelah membuka sepatu dan kaus kaki, aku duduk menyelonjorkan kaki di pinggir lapangan, jauh dari teman-teman. Duduk dalam kilau cahaya senja, telapak tangan dan telapak kakiku seakan-akan bergelimang kunang-kunang. Seketika itu juga di benakku terbayang kelap-kelip kunang-kunang yang berkerubung di pohon bakau, yang sering kuperhatikan pada malam hari sewaktu aku kecil dulu. Menatapnya dari atas sadel sepeda BMX-ku ketika melintas di tempat itu membuatku bahagia.
Maka pada suatu hari, ketika aku sedih memikirkan kondisi yang kualami ini, aku pun segera ke sana.
Aku semakin merasa senang ketika sedang sendirian sejak itu. Sepulang sekolah dan pada hari libur, jika aku lagi suntuk di rumah, cepat-cepat aku mengayuh pedal sepeda BMX-ku dan mengarahkannya ke sungai di pinggir kampung. Di sana sambil memancing di bawah pohon bakau terkadang aku membaca novel.
Seiring berjalannya waktu semakin sering aku ke sana. Menjauhkan diri dari teman-teman membuatku bahagia, walaupun belum juga kutahu apa yang sebenarnya terjadi denganku.
Mengambil sudut pandang yang jarang digunakan penulis lain, sekaligus berhasil menggali kedalaman sampai ke akar permasalahan cerita. Naskah terasa mengalir lambat di awal, yang mengandung strategi dalam pembangunan cerita. Ini tergolong naskah yang cerdas.