Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Novel ini diangkat berdasarkan kisah nyata penulis.
Dari tanah rimba Selatan Bangka, Firdan terlahir memiliki dua puluh bersaudara. Titah leluhur di dalam rimba hilang akibat dari saudara-saudara Firdan yang harus keluar dari rimba karena desakan modernisasi, perekonomian, kesunyian, kesepian sehingga harus merusak alam lewat Tambang Timah Inkonvensional. Kini tanah rimba leluhur harus hilang pesonanya karena terbalik dengan pasir kuarsa tanpa unsur hara. Fauna dan flora endemik seperti mentilin dan gaharu pun terancam punah.
Dalam melangsungkan kehidupan Mangcek Matba selaku ayah Fir harus berkebun sahang, namun ditengah perjalanan timbul masalah yaitu munculnya penyakit kuning, busuk pangkal batang, dan susahnya mencari tiang rambat karena pohon di Bangka telah habis terbalik oleh pertambangan. Dari seluruh saudara kandung Firdan hanya Taufan yang peduli akan masa depan Fir, itu pun desakan oleh sang istri yang berprofesi sebagai guru SD. Firdan kecil pun dipaksa Taufan masuk sekolah, waktu itu dia sudah berusia 9 tahun.
Atas sebuah selogan adat Bangka Kawa Nyusah Pasti Pacak (Jika ada keinginan pasti bisa sukses) menyebabkan tekat Firdan muncul untuk bisa membantu ayahnya untuk mengatasi persoalan atas perkebunan sahang dan ingin mengkonservasi kawasan tambang menjadi sebuah lahan yang produktif lagi.
Obsesi ingin menjadi ahli botani demi menyalamatkan lingkungan lewat bersekolah di SMK Pertanian atau SMA IPA harus pupus, karena Taufan harus menyekolahkan Firdan di SMEA (SMK Bisnis Manajemen) karena berbagai pertimbangan. Di SMEA itulah Firdan bertemu dengan Wida, Windu dan Safan. Cita-cita menjadi ahli botani juga diingini oleh ayah Wida. Akan tetapi karena kondisi keluarga, menyebabkan Wida terpaksa harus bersekolah di SMEA Pantai. Begitu juga dengan Windu yang ingin menjadi ahli mikroba dan bisa terbang kebeberapa negara, seharusnya dia berada di SMK Kesehatan atau SMA IPA, harus berakhir di SMEA. Sedangkan Safan siswa yang unik, hobinya suka bercerita akan dunia fantasi, dan ingin jago di bidang teknik. Namun karena ibunya membutuhkan generasi jago hitung-hitungan akuntansi keuangan keluarga. Menyebabkan Safan harus menempuh pendidikan di SMEA Pantai.
Pada saat ingin mengenal SMEA, dan rasa Cinta dengan Windu lebih jauh, namun langkah Firdan harus terhenti. Taufan kakaknya yang membiayai Firdan sekolah harus tewas akibat kecelakaan dalam acara festival permainan tradisioanl. Sedangkan kakak-kakaknya yang lain malah menyetujui agar Firdan untuk tidak sekolah lagi. Mengingat biaya dan banyaknya pengangguran di masyarakat.
Pada waktu yang bersamaan Wida, Windu, Safan menemukan sebuah guru yang bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka di SMEA Pantai. Dialah pak guru Ardian Sufandi. Informasi itu didapat setelah mereka masuk ruang BK dan mencari informasi di google siapa sebenarnya guru yang jago penelitian itu.
Berangkat dari sanalah misteri muncul bagaimana mereka bisa membuat sebuah penelitian yang mengantarkan untuk menggapai cita-cita. Namun petualangan penelitian mereka tidak semuda membalik telapak tangan. Banyak konflik, permasalahan, dan pengorbanan perasaan cinta yang terjadi. Sehingga tidak semua cita-cita dan harapan terwujud sesuai dengan keinginan dari tiap-tiap empat sekawan itu.