Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Di sebuah gubuk tua tepatnya di tengah perkebunan teh milik juragan Deni.
" Bang apa nggak bakal ketahuan"bisik sari yang takut jika ada warga yang lewat dan memergoki mereka
" Tenang aja,nggak bakalan ada yang lewat kok,lihat ini sudah jam 12 para petani itu pasti sudah pulang untuk istrahat makan siang,kamu tenang aja" jawab Gilang santai ia pun kembali melanjutkan aktifitasnya itu.
Seketika di dalam gubuk itu suasananya menjadi semakin panas karena aktifitas dua insan itu.tanpa mereka ketahui Vina yang rencananya akan mengantarkan bekal makan siang untuk ayahnya melintas di belakang pondok itu.samar2 Vina mendengar suara desahan seorang wanita dan tak lama dia juga mendengar suara erangan suara pria yang sedikit familiar di telinga Vina.
" Tunggu2 kok suara itu seperti nggak asing, tapi suara siapa yah" Vina terus memikirkan suara siapa yang di dengarnya itu. Karena penasaran dia pun berjalan mengendap-ngendap untuk menyelidiki dari mana asal suara itu.
Setelah jaraknya semakin dekat dengan gubuk tua itu, suara itu pun semakin jelas dan membuat jantung Vina seketika berdetak lebih kencang ,pasalnya suara itu tak lain adalah suara Gilang pacarnya.tidak mungkin ia tak mengenali suara pacarnya sendiri yang sudah bersamanya 2 tahun terakhir ini. Dengan perasaan campur aduk Vina memberanikan diri mengintip dari cela2 dinding kayu itu.
" Tidak mungkin, " Vina menutup mulutnya melihat adegan di depannya .
Tak ada kata yang bisa terucap di bibir nya yang ada hanya rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya.dengan langkah gontai Vina meninggalkan tempat itu dan membiarkan mereka melanjutkan kegiatan mereka.
Vina berjalan tanpa arah tatapannya kosong ,tak terasa air matanya menetes membasahi pelupuk matanya,sepanjang jalan ia menangis untung saja tak ada petani yang lewat jadi tanpa ragu Vina menumpahkan segala kesedihannya ,dia terus berjalan hingga langkah kakinya membawanya ke pantai.
Di tepi pantai Vina menghabiskan waktunya ,dia menangis sepanjang hari hingga tak terasa hari sudah gelap.
***
Sementara dirumah,Bu Wati dan pak Agus sedari tadi menatap jam dan bergantian ke pintu namun tak ada tanda2 kepulangan Vina, mereka sangat khawatir karena tidak biasanya Vina pulang terlambat dan selarut ini, sementara tadi siang dia pamit untuk mengantarkan bekal makan siang untuk sang ayah, tapi nyatanya bekal itu tak sampai ke tangan ayahnya itulah yang membuat sepasang suami istri itu khawatir sampai sekarang Vina tak pulang mereka takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap anak gadisnya.
Tak lama suara pintu berderit dan perlahan terbuka ,sosok yang mereka tunggu2 dan khawatirkan itu muncul di depan pintu dengan penampilan yang sedikit menghawatirkan,suami istri itupun segera menghampiri anak gadisnya.
" Kamu dari mana saja hah? Kenapa jam segini baru pulang" cecar Bu Wati seraya menunjuk jam diinding yang menunjukan jam 12 malam.
" Sudah Bu jangan marah dulu biarkan Vina masuk dan beristirahat" pak Agus segera meredam kemarahan istrinya itu dia tau kenapa istrinya begitu marah ,karena dia sangat menyayangi Vina ,Bu Wati tak ingin kehilangan anaknya yang kedua cukup ia kehilangan putranya jangan lagi putrinya.
" Maaf Bu, tadi Vina di ajak karokean sama teman" Vina menunduk tak ingin menatap wajah kedua orang tuanya ia tak ingin mereka tau jika dia baru saja menghabiskan waktunya untuk menangisi pria brengsek itu.
Setelah mengatakan itu, Vina pun masuk kedalam kamarnya ,begitupun Bu Wati dan pak Agus.
***
"Bu apa ibu tidak liat mata Vina sembab seperti itu" tanya pak Agus yang tak sengaja melihat wajah anaknya tadi.
" Iya ibu juga lihat , tapi ibu tetap marah sama anak itu ,dia tidak tau bagaimana khwatirnya ibu " jawab Bu Wati dengan wajah sedihnya.
Sepanjang malam Bu Wati dan pak Agus tidak bisa tidur memikirkan perihal kenapa Vina bisa menangis dan menyebabkan matanya sembab seperti itu.menjelang subuh baru mereka bisa memejamkan matanya.
***
Dirumah Gilang perasaan laki2 itu mulai tidak enak seperti ada yang akan terjadi ,dia terus memikirkan kejadian tadi siang dimana saat tengah asik2nya main kuda2an dia mendengar suara seperti benda jatuh, tanpa menunggu dia segera mengenakan pakaiannya dan segera mengecek suara apa yang di dengarnya.
Gilang menemukan tempat bekal yang isinya sudah berhamburan ,ia segera mengedarkan pandangannya ,betapa terkejutnya Gilang menemukan Vina pacarnya yang berlari menjauh,dia mencoba mengejarnya tapi sayang dia kehilangan jejak.
" Ahhhhh sialan, apa yang sudah aku lakukan!" Teriak Gilang frustasi sedari tadi ia terus menyugar rambutnya .penyesalan demi penyesalan hadir menghantui pikirannya .kembali dia berpikir andai saja ia tidak tergoda oleh rayuan gadis itu tak mungkin akan berakhir seperti ini.
" Aku harus menemui Vina, dia pasti mau maafin aku, aku akan menjelaskan semuanya"ucapnya lagi uang kemudian masuk kedalam kamar mandi.rencananya besok dia akan kerumah Vina untuk menjelaskan semuanya sekalian bertemu dengan orang tua gadis pujaan hatinya itu.
***
pagi harinya Di sebuah rumah minimalis yang cukup baguslah bagi mereka orang2 kampung seorang pemuda tampan tengah duduk di ruang kerjanya dengan di temani secangkir teh.
Deniarta pemilik kebun teh terbesar dikampung itu,tak ada yang tau jika Deni adalah sosok pemuda tampan yang berkharisma mereka hanya menerka nerka jika juragan Deni adalah seorang kakek berperut buncit, banyak wanita yang mengejarnya tapi tak ada yang membuatnya tertarik.
" Bagaimana dengan hutang pak Agus " suara dingin itu menggema di dalam ruangan itu.
" Belum juragan ,katanya Minggu depan dia akan menyetornya" jawab pak Kasdi pesuruhnya didesa ini karena ia tak mau turun tangan sendiri biarlah tangan kanannya yang bekerja toh pak Kasdi tak pernah lalai dalam tanggung jawabnya.
" Ya sudah ,kalau begitu, siapkan motorku aku ingin ke kebun teh untuk melihat sekalian memantau pekerja disana" ucapnya yang kemudian berdiri dari duduknya dan keluar dari ruang kerjanya.
Di teras rumah pak Kasdi sudah siap dengan motor bututnya untuk ke kebun teh sengaja ia tak membawa motor yang bagus karena perintah dari sang juragan.
Tak lama Deni pun keluar dengan menggunakan kaos putih tua yang khas dengan baju pekerja,jangan lupakan Capel yang bertengger di kepalanya untuk menutupi wajahnya. Begitulah setiap kali keluar rumah ia akan berpakaian seperti petani agar tak ada yang meliriknya.
" Ayo kita berangkat " Deni segera naik ke atas motor mereka pun berangkat ke kebun teh.
***
Sementara pagi itu Vina dengan kekuatan penuh membawa satu bungkusan penuh pakaian untuk mencuci di sungai, sudah dua hari dia tidak mencuci jadi pakaian sudah menumpuk.
Setibanya di sungai Vina pun segera melakukan kegiatan mencucinya ,cuaca hari ini cukup bagus menumbuhkan semangat.
Sementara tak jauh dari tempat Vina mencuci tepatnya aliran sungai bawah ,Deni tengah beristirahat setelah berjalan beberapa meter ia sudah kepanasan alhasil disinilah dia duduk di bawah pohon ditepi sungai.
" Pak Kasdi apa air ini aman untuk mandi" tanyanya yang terus membersihkan tangan dan kakinya yang tadi sempat terkena lumpur.
" Tentu saja juragan, air ini sangat bersih saya pun sering mandi disini bersama anak dan istri saya" jawab Kasdi antusias .
Mendengar itu ,Deni pun segera melepaskan Capel dan bajunya ia hanya menyisakan celana kolor saja, setelah memastikan aman tak ada warga yang melihatnya Deni pun segera meloncat ke air dan menenggelamkan diri disana benar kata pak Kasdi airnya segar dan cukup bersih seketika Deni mendapatkan ketenangan didalam air itu.
Namun ketenangan itu tak berlangsung lama karena tiba2 pak Kasdi berucap
" Ehh maaf juragan apa itu yang nyangkut di kepala tuan" dengan terbata bata pak Kasdi memberi tahu Deni apa yang di lihatnya.
Karena penasaran Deni pun meraba kepalanya dan alhasil matanya terbelalak menemukan kacamata berukuran telapak tangannya itu bertengger di kepalanya tapi sayang itu bukan kacamata untuk mata melainkan sesuatu yang seharusnya di sembunyikan dan menjadi aset yang cukup berharga.
***
Kembali lagi Vina terus mengotak atik pakaiannya mencari sesuatu yang rencananya akan di pakainya lagi setelah selesai mandi tapi kaca mata itu entah di mana rimbanya .
" Mana yah, perasaan tadi aku simpan di sini deh kok malah nggak ada, apa jangan2 hanyut" gumam Vina yang mulai frustasi mencari miliknya itu terpaksa ia harus mencari kebawah mungkin saja memang hanyut.
Dengan cepat ia mengambil sarung dan memakainya lalu mengikatnya asal kemudian berjalan tergesa gesa mengikuti aliran sungai .
***
" Ju juragan itukan milik perempuan apa ada yang mencuci pakaian diatas" pak Kasdi takut takut bertanya ,Deni yang seketika tersadar pun melemparkan kacamata itu ketengah sungai perlahan benda itu hanyut terbawa arus.
" Ahhhhhh..... Jangan di buang itu punyaku" teriak seorang gadis yang kemudian meloncat kesungai untuk mengambil benda miliknya itu tapi sayang sungai itu memiliki arus yang cukup deras benda itu pun hilang terbawa arus kini menyisahkan dua orang yang saling tatap dengan tatapan yang sulit di mengerti, Deni dengan keterkejutannya dan Vina dengan amarahnya .
" Heyyyyy ......ganti rugi cepat gara-gara kamu aku kehilangan benda kesayanganku itu" Vina berkacak pinggang di hadapan Deni dia tak menyadari penampilannya yang bisa saja mengundang hal2 yang tidak di inginkan karena sarung yang ia kenakan basah jadinya lekuk tubuhnya tercetak jelas di depan Deni jangan lupakan dua gunung itu apalagi.
Deni yang di perhadapkan dengan pemandangan itu beberapa kali meneguk air liurnya sungguh pemandangan yang menggoda.
" Eheemmmmn," Deni berusaha menetralkan pikirannya dan memalingkan wajahnya begitupun pak Kasdi yang sudah bersembunyi di balik pohon.
" Heyyy kenapa memalingkan wajah,tatap aku apa kamu takut sekarang tanggung jawab" Vina masih belum sadar sebab dan alasan Deni tak mau menatapnya.
" Ehh... Bukan takut tapi sarungmu basah dan itu menerawang ,aku tak mau menodai mataku" ucap deni berusaha mengintip bagaimana pun dia laki laki normal.
Seketika mata Vina membulat menyadari kebodohannya,dia pun menunduk untuk memastikan dan benar saja apa yang dikatakan pemuda di hadapannya ini,dengan gerakan cepat Vina mendudukkan dirinya dalam air .
" I..itu itu semua gara2 kamu ,terus bagaimana ini" Vina mulai panik bagaimana ia keluar dari dalam air .
" Yah mana ku tahu salahkan saja kutangmu yang tak mau diam itu " ketus Deni yang kemudian dengan santainya keluar dari dalam air meninggalkan Vina yang mulai menggigil.
" Loh...lohh...mau kemana mas? Terus saya gimana" panik Vina dia tak bisa naik keatas dengan keadaan seperti ini.
" Jadi maunya bagaimana harus saya gendong begitu?" Tiba2 Deni berkeinginan untuk menggoda gadis cantik itu.
" Hmmmm cantik ,apa dia asli orang sini ,kenapa aku tidak perna melihatnya" Deni berdialog sendiri .
" Bu..bukan begitu aku mau minta tolong bolehkan" Vina pun menurunkan egonya demi bisa keluar dari air itu dia pun berjanji jika laki laki itu mau menolongnya maka ia akan berdamai.
" Baiklah minta tolong apa? Cepat saya mau pulang" tegas Deni kembali ke stelan awal dia memunguti pakaiannya dan kembali memakai Capel miliknya.
Tapi dia sedikit heran kemana perginya pak Kasdi apa sengaja meninggalkannya Deni pun membatin
" awas saja pak Kasdi berani beraninya meninggalkanku dalam keadaan begini" Deni pun kembali melirik motor dan syukur motor masih terparkir walaupun pulang sendiri tapi dia tidak berjalan kaki.
" Ehem".....Vina berusaha mengusir kecanggungan itu.
" Tolong ambilin handuk dong, aku malu kalau naik dengan keadaan begini" Vina memohon ,dan tanpa di duga Deni pun berjalan kearah tempat pakaian Vina yang di tumpuk di tepi sungai.
" Yang mana" teriaknya lantang karena bingung handuk yang mana.
" Itu yang merah di atas batu" teriak Vina lagi.
" Baru ketemu sudah menyusahkan" gerutu Deni yang kemudian menarik handuk itu secara kasar dan alhasil
Taaaaarrrraaaaaaa......
Benda kecil berupa gulungan meluncur mulus dari dalam tumpukan handuk tadi tanpa bertanya Deni sudah tau benda apa itu , dengan cepat dia mengambilnya mengunakan tangan tapi dilapisi handuk kemudian berjalan ke arah Vina yang sudah sedikit menggigil di dalam air.
" Nih ...... di dalam handuk ini ternyata ada jimat juga yah" Deni menyodorkan handuk ke arah Vina dan kemudian tersenyum mengejek.
Vina yang mengerti arah pemikiran Deni pun tersipu malu seketika wajahnya merah seperti tomat.
Berapa menit kemudian Vina sudah selesai mengganti pakaian dia pun menghampiri Deni yang ternyata masih menunggunya.
" Loh belum pulang ?" Tanya Vina
"Saya tidak mungkin meninggalkanmu di sungai ini sendiri liat para pekerja sudah pulang apa kamu tidak takut?" Deni menjelaskan alasannya kenapa masih betah menunggu Vina.
" Ohh gitu, makasih yah, kenalin namaku Vina" ucapnya mengulurkan tangan ke arah deni.jangan lupakan senyuman yang berhasil menghipnotis lawan jenis di depannya itu.
" Ahhhh... Manis sekali, dari sekian banyak wanita yang ku temui tak ada yang secantik dan semanis ini" batin Deni menjerit melihat senyuman itu, dengan sedikit gugup deni menggenggam tangan munggil dan dingin itu .
"deno ,"singkat dan jelas.
Vina yang mendapat respon seperti itu pun hanya ber' oh saja.berhubung jalan kerumah mereka satu arah Deni pun menawarkan Vina untuk ikut dengannya.
" Ya sudah ,sini pakaiannya sekalian saya antar kamu pulang ." Karena tak ingin ketahuan mengagumi gadis di depannya Deni pun memilih bersifat jutek.mereka pun naik motor berdua melewati rumah2 warga ,beberapa pasang mata terus memperhatikan mereka ada juga yang terlihat berbisik bisik tapi Deni dan Vina biasa saja mereka tak mau ambil pusing.
Setibanya di depan rumah Vina ,Deni segera menurunkan bawaan Vina pakaian basah itu ia letakan di teras rumah kemudian tanpa pamit ia menaiki motornya untuk pulang kerumah.
" Ehhhh.... Kok langsung balik sih, ihhh dasaarrrr ess batu," Vina terus mendumel karena Deni pulang tanpa pamit ia pun lupa mengucapkan terima kasih.
Tanpa Vina sadari sedari tadi Gilang sudah duduk manis di ruang tamu menunggu Vina pulang, tadinya ia ingin menyusul Vina ke sungai tapi karena tidak tau arah jalannya terpaksa dia menunggu di rumah.
" Ohh ternyata Vina juga selingkuh di belakangku" Gilang tersenyum sinis, tadinya dia berniat untuk meminta maaf tapi karena melihat Vina berdua,an dengan laki2 lain dia jadi yakin dengan keputusannya sendiri untuk selingkuh.
Saat Vina tengah menjemur pakaian diluar terdengar suara tepuk tangan seseorang dari dalam rumah,Vina pun menoleh ke sumber suara itu, dia mendapati Gilang tengah bersandar di depan pintu dan bersedekap dada.
"Gilang" beo Vina
" Iya,kenapa kamu kaget? Kamu syok karena sudah ketahuan selingkuh sama tukang kebun itu hah?" Cecar Gilang tak memberi Vina kesempatan bicara ,seolah ia melupakan apa yang telah dilakukannya pada Vina beberapa hari lalu.
" Terserah kamu mau ngomong apa Lang, aku udah nggak peduli dan udah nggak ada urusan sama kamu!" Jawab Vina yang kem
udian beranjak masuk kedalam rumah,tapi sebelum sempat masuk Gilang kembali menahan tangan Vina.
" Kamu selingkuh Vina?,apa kurangnya aku!" Bentak Gilang yang mulai emosi.