Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Asihi menyetop sebuah mobil yang hendak berhenti di sebuah lampu merah lalu ia meminta untuk ikut menumpang di mobil tersebut. Saat mobil sedang berjalan seusai melewati lampu merah Asih kemudian merayu penumpang mobil tersebut melakukan perzinahan di dalam mobil, Sang penumpang malah mendoakan Asih agar mendapat hidayah. Mobil terus melaju, Asih terus merayu ,hingga mobil pun tiba di sebuah tempat pengajian akbar. Asih tidak menyangka ternyata orang yang ia rayu tersebut adalah seorang penceramah kondang yang hendak mengisi pengajian akbar. Dia adalah ustad Irfan Ali, atau yang akrab disapa Gus Irfan.
Gus Irfan memberikan baju gamis kepada Asih dan memintanya untuk segera berganti pakaian. Asih tak punya plihan dani akhirnya menurutinya karena sang penceramah sudah disambut para jamaah di sepanjang jalan menuju ke tempat pengajian akbar. Tak hanya itu, Seruni juga dipanggil Nyai dan dielu-elukan oleh para jamaah yang menyambut Gus Irfan saat mereka turun dari mobil. Mereka mengira Asih adalah istri sang penceramah kondang.
Asih mendadak sedih. Teringat masa lalunya yang selalu maksiat dengan lawan jenis membuatnya sangat malu bersanding dengan Gus Irfan dalam sebuah pengajian akbar. Ia merasa sangat tidak pantas berada di situ, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dari situlah kemudian hidayah datang. Setelah melalui pergolakan dalam jiwanya, dan keresahan yang teramat dalam terus menggelayuti hatinya, membuatnya menangis di hadapan ribuan orang yang menyaksikan pengajian akbar tersebut. Asih memutuskan untuk bertobat dan berhijrah.
Asih dibawa ke pondok pesantren milik orang tua Gus Irfan untuk dibimbing mendalami ilmu agama islam dan belajar mengaji. Tapi, justru di pesantren itulah ia mengalami sedertan konflik setelah identitas sebenarnya terbongkar. Terlebih ia dituduh sebagai biang kehancuran rumah tangga Gus Irfan.
"Aku memang mantan wanita tuna susila, tapi itu sudah jadi masa laluku. Jadi pliis jangan panggil aku lonte!"
"Jangan hakimi masa laluku. Salahkah jika mantan wanita tuna susila berhijrah ke jalan Allah?"
Asih kabur dari pesantren karena tidak kuat menahan derita. Asih terhempas ke dunia hitam lagi.