Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Ga, lu, gua, dan semua orang di seluruh dunia ini enggak pernah minta dilahirin. Kita ini ibaratnya prajurit yang dilempar gitu aja ke medan perang tanpa persetujuan kita. Nah, lu sebagai prajurit, suka enggak suka, harus mau bertempur buat meraih mimpi lu. Bertempur tanpa dibayang-bayangin hasil dan pamrih. Jadi, lu bisa bertempur dengan tenang dan ikhlas. Kalaupun lu gagal meraih mimpi-mimpi lu, atau lu keburu gugur sebelum meraihnya atau mampus, hidup lu enggak sia-sia. Lu tetap pantes dihormati karena kegigihan sama keberanian lu. Lu adalah prajurit yang hebat karena usaha lu, bukan karena hasil. Jangan mati sia-sia sebagai pengecut di medan perang ini, Ga, jangan."
(Laksita Dewanti Swastika)
Airlangga selalu merasa bahwa hidupnya adalah rangkaian kegagalan. Cintanya yang tidak kunjung terbalas selama bertahun-tahun kepada Kirani, mimpinya menjadi penulis yang selalu terbentur rasa kurang percaya diri, semuanya. Di saat itulah muncul sesosok perempuan dalam kehidupannya, Laksita. Lewat mata Laksitalah, Airlangga akhirnya melihat dunia dengan lebih tenang dan bijaksana . . .