Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Semenjak kematian ibunya, Mahendra selalu menghitung hari, sehari setelah kematian, tujuh hari, seratus hari, seribu hari, bahkan sampai sekarang. Setiap hari dia berbicara dengan Hesti, sosok di dalam cermin yang lahir dari khayalan Mahendra.
Mahendra seorang penulis. Ia rutin mengirim tulisan melalui surel kepada Hesti tentang banyak hal seperti prosesi tedaksiti, serta kisah sewaktu sang kakek meninabobokan Mahendra saat kecil di bawah rumpun bambu kuning, tentang kemarahan yang meruap-ruap di dada Mahendra, serta keinginan bunuh dirinya. Ia membeberkan banyak rencana, berbagai kegiatan untuk mengatasi kekosongan jiwa. Sebab selama ini ia menyalahkan diri, trauma terhadap rumah sakit, karat, dan tetanus karena jadi penyebab sang ibu meninggal.
Bagaimana dia mengatasi kehampaan setelah ditinggal pergi orang terkasih? Apa dia akan tetap menulis, atau justru memotong tangan, membutakan matanya, dan menjadi kepompong berusia pendek?
Terinspirasi dari kejadian-kejadian nyata dalam hidup penulis.