Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Di bawah langit Tumapel (sekarang daerah bernama Kota Lama, Kabupaten Malang, Jawa Timur Indonesia) sekitar tahun 1217 Masehi yang kelabu, di mana kehormatan telah lama mati dan keadilan hanya menjadi bisik-bisik para abdi yang ketakutan, tirani Akuwu Tunggul Ametung mencengkeram kehidupan laksana musim kemarau yang tak berkesudahan. Rakyat tercekik, para ksatria tertunduk, dan harapan hanyalah dongeng pengantar tidur bagi anak-anak yang kelaparan. Namun, dari lereng Gunung Kawi yang liar dan berkabut, lahirlah sebuah bara. Namanya Arok. Seorang pemuda yang tatapan matanya menyimpan gejolak seribu badai, yang ilmu silatnya tidak lahir dari padepokan luhur, melainkan ditempa oleh kerasnya pertarungan di lorong-lorong nasib. Ia adalah pembebas di mata rakyat jelata, namun durjana di mata istana. Perjuangannya adalah senandung sunyi kaum tertindas. Takdir kemudian mempertemukannya dengan Ken Dedes, sang Teratai Emas Tumapel. Wanita yang kecantikannya menjadi perbincangan, namun jiwanya terbelenggu dalam sangkar emas sang Akuwu. Di balik sorot matanya yang teduh, Arok tidak hanya melihat duka seorang perempuan, tetapi juga sebuah "cahaya" legitimasi—kunci pembuka gerbang takdir yang akan mengubah jalan hidupnya dan sejarah tanah Jawa. Demi sebuah cita-cita agung untuk membebaskan Tumapel, Arok rela menempuh jalan paling terjal. Ia menyusup ke jantung istana, bermain dalam permainan intrik yang lebih tajam dari bilah pedang, dan bersekutu dengan bayang-bayang. Namun, ambisi yang membara menuntut jalan pintas berdarah. Ia menempa sebuah pusaka, Keris Mpu Gandring, dengan membunuh nuraninya sendiri dan mengundang sebuah kutukan yang akan menjadi gema abadi bagi takdirnya. Genta Parahyangan: Senandung Darah di Tanah Tumapel adalah sebuah wiracarita kolosal yang mengisahkan perjalanan seorang anak manusia dari dasar jurang kehinaan menuju puncak takhta. Sebuah kisah tentang kehormatan yang dipertaruhkan, persahabatan yang diuji oleh fitnah, strategi perang yang gemilang, dan cinta yang terperangkap di antara kewajiban dan getar kalbu. Ikuti perjalanan Arok dalam membangun sebuah kerajaan bernama Singhasari yang kelak peran dan tugasnya dilanjutkan melalui Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan keturunan keempat Ken Arok yakni Raden Wijaya (Putra Dyah lembu tal, putri Mahesa Cempaka, Putra Mahesa wong ateleng, putra Ken Arok dan Ken Dedes) di atas fondasi dusta dan pengorbanan. Saksikan bagaimana ia harus membayar setiap jengkal kekuasaan yang ia rebut dengan kepingan jiwanya. Namun, di puncak takhta yang bermandikan cahaya kemenangan, dapatkah seorang raja menemukan kedamaian? Ataukah Genta Parahyangan yang ia bunyikan sesungguhnya adalah lonceng kematian bagi dinasti yang baru saja ia lahirkan?.. .