Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Semua tak ada yang abadi. Harapan demi harapan diselingi perih tak terperi, sulit diobati. Radit Putra Hadian yang terkenal dengan julukan Gunung Es karena sifat dinginnya, terutama pada kaum Hawa harus menelan "pil pahit" akibat kekecewaan yang dialaminya. Lina Hapsari gadis kampung yang polos harus menderita karena kebejadan seseorang yang menjadi korban ambisinya sendiri. Indahnya mawar di perdesaan yang telah berhasil menghancurkan gunung es itu tiba-tiba layu, nyaris mengering dan mati. Nyatalah bahwa segala sesuatu itu semu. Alur kehidupan yang seperti roda berputar tak tetap perputarannya. Terkadang berhenti sejenak dalam kepedihan yang mendera insan-insan yang terlibat dalam peristiwa tragis. Terkadang terus melaju dalam kebahagiaan yang tentu saja tetap tidak abadi. Semua bagai fatamorgana yang tak akan berhenti sampai habisnya lembar kehidupan seseorang.
(Sebuah dongeng, yang terinspirasi oleh maraknya kasus pemerkosaan di daerah perkebunan dan menyebabkan hancurnya kehidupan seseorang).
Saya sangat mengenal penulis ini, karena beliau begitu apik dalam menyusun kata, dan menyisir diksi yang tak baku. Tulisan Teh Layaly ini mengingatkan saya pada novel "Tenggelamnya Kapal van der Wijck", karena menggambarkan cinta yang terhalang oleh kesedihan mendalam dan perjuangan berat yang menguji para karakternya. Kalau Hamka mengungkap perbedaan kasta dan nilai-nilai sosial sebagai latar konflik, nah, kalau Teh Layaly ini menggunakan kegelapan dunia perkebunan dan trauma yang mendalam dalam menggambarkan luka batin karakternya. Bismillah... Teh!