Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Alex, Farel dan Bram berdiri di depan sebuah rumah yang cukup megah. "Apa kau yakin ini rumahnya, Rel?" Bram menunjuk ke arah rumah itu sambil melihat ke arah Farel. Yang dilihat manggut-manggut sambil mengacungkan jempol. Ia tidak bisa menjawab sebab di mulutnya penuh dengan roti sisa sarapan paginya. "Ayo, Lex, cepat pijit bel rumahnya!" Bram mendorong pelan Alex supaya ia bisa mendekati bel pintu. Alex sedikit terkejut. "Kenapa harus aku? Dari awal aku tidak setuju kita ke rumahnya. Apalagi kita tidak mengabarinya dulu. Mungkin saja ia pergi atau ada acara lain," ujar Alex sedikit jengkel. "Tidak akan. Aku sudah menelfonnya tadi malam, dia bilang tidak akan ke mana-mana. Dan dia juga . . . " "Ya tapi tetap saja tidak sopan kan kalau tidak berbicara dulu dengan yang punya rumah," sela Alex. "Sudahlah Lex, kau jangan pura-pura lagi. Kau juga ingin melihat saudara kembarnya Arga yang jadi model itu kan!" Nada Bram sedikit mengejek. Muka Alex memerah mendengar perkataanya. Ingatannya melayang pada kejadian malam sebelumnya ketika Bram dan Farel menghabiskan waktu di apartemennya dan tanpa sengaja Bram membuka sebuah halaman di majalah sport remaja yang bergambarkan seorang perempuan sebayanya tengah berpose di atas tempat tidur dengan hanya menggunakan baju tidur seksi dan tengah memeluk bola basket. Seketika ketika Bram melihat lipatan di gambar itu, ia terus-menerus mengejek Alex.