Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Novel ini mengisahkan tentang Fahri Athaya Putra, putra sulung Rina dan Satria, yang digambarkan sebagai anak yang sangat cerdas, baik hati, rendah hati, dan berprestasi di sekolah. Ia memiliki hubungan yang sangat erat dan protektif dengan adik laki-lakinya, Faiz. Kehidupan keluarga mereka awalnya berjalan harmonis, dipenuhi kebahagiaan dan rutinitas teratur Fahri yang menyeimbangkan belajar, mengaji, dan bermain.
Namun, kebahagiaan itu mulai terusik ketika Rina merasakan firasat buruk tentang kesehatan Fahri. Fahri mulai terlihat kurus, sering mengalami diare berulang, lesu, dan nafsu makannya menurun.
Kecemasan Rina memuncak, mendorongnya untuk berbagi kekhawatiran dengan Satria, dan akhirnya mereka memutuskan untuk membawa Fahri ke dokter. Setelah serangkaian pemeriksaan awal oleh Dokter Pambudi dan rujukan ke Dokter Faisol, seorang spesialis bedah anak, Fahri didiagnosis mengidap
Hisprung, sebuah kelainan bawaan di mana bagian usus besar tidak memiliki sel saraf. Diagnosis ini menghantam keluarga dengan telak, memicu ketakutan dan kesedihan mendalam, terutama ketika Fahri mengungkapkan perasaan "gagal" sebagai anak hebat. Perjuangan Fahri dimulai dengan operasi pertama untuk mengangkat bagian usus yang tidak bersaraf dan pemasangan stoma sementara. Proses pemulihan dan adaptasi Fahri dengan stoma sangat sulit, baik secara fisik maupun emosional, namun ia menunjukkan ketabahan yang luar biasa.
Keluarga pun bersatu padu mendukung Fahri di tengah tantangan ini. Sayangnya, menjelang operasi kedua untuk menutup stoma, kondisi Fahri memburuk drastis akibat krisis pernapasan, dan ia harus dipindahkan ke PICU. Meskipun segala upaya medis telah dilakukan, Fahri tidak dapat bertahan dan akhirnya meninggal dunia.
Kepergian Fahri meninggalkan duka yang mendalam dan kekosongan yang tak terlukiskan bagi Rina, Satria, dan Faiz. Rumah yang tadinya ceria kini diselimuti keheningan yang menyakitkan, dan setiap sudutnya dipenuhi kenangan Fahri yang menyayat hati. Faiz, yang masih kecil, mengungkapkan kesedihannya dengan cara yang polos, sering mencari Fahri dan bermain sendiri.
Melalui proses berduka yang panjang dan penuh tantangan, Rina dan Satria belajar untuk hidup berdampingan dengan luka mereka. Mereka menemukan kekuatan dalam saling mendukung, memperdalam ibadah, dan merenungkan janji surga bagi anak-anak yang meninggal di usia muda. Kenangan akan kebaikan dan warisan cinta Fahri menjadi penerang jalan bagi mereka, membantu mereka bangkit dan menemukan kekuatan di tengah kerapuhan.