Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Aurum terpaksa tinggal bersama Nesia - sepupunya atas permintaan Oza - ibunya yang sedang mengikuti pelatihan bisnis di Semarang selama tiga minggu. Awalnya, gadis yang belum genap delapan belas tahun itu menganggap ide ibunya cukup baik, meski Nesia dan dirinya tidak terlalu dekat. Namun, ketika langkahnya berpijak di atas teras kafe 36 Derajat yang seharusnya tutup, Aurum tahu jika seharusnya ia tidak menerima ide itu. Bukan karena ia tidak menyukai Nesia, tapi ada hal lain yang membuatnya pusing tujuh keliling. Keberadaan tiga orang saksi yang saling menyalahkan menjadi pemandangan pertama Aurum sesampainya di kafe ibunya sore itu. Kafe 36 Derajat yang bersebelahan langsung dengan rumahnya. Kafe yang seharusnya tutup, kini terbuka lebar di tengah derasnya hujan. Saat seharusnya Aurum duduk manis dan menikmati secangkir teh hangat berubah membuatnya terduduk menangis. Sejumlah uang milik Oza raib di tangan pencuri. Tiga orang saksi malah saling menyalahkan, bukannya mencari solusi. Saksi pertama, Nesia Kamara, tak lain sepupunya sendiri menyalahkan dua orang pengunjung karena memaksanya membuka kafe sebagai tempat berteduh hujan. Saksi kedua, Naren Adinandra. Mahasiswa tahun pertama jurusan Farmasi yang memiliki alergi debu. Ia bahkan selalu mengoceh ketika melihat keadaan kafe yang menurutnya kurang bersih. Saksi ketiga, Gaharu. Mahasiswa Ekonomi yang suka merusak barang-barang. Tidak akan Aurum lupakan bagaimana ia memecahkan tiga gelas cangkir dengan menyalahkan tata letak. Akankah mereka berempat sanggup mengembalikan uang Oza? Kisah mereka tertuang dalam masing-masing cangkir di dekat jendela. Aurum yang belajar melawan rasa takut, Nesia dengan penerimaan, Naren yang mencoba untuk melupakan dan Gaharu yang berusaha memaafkan.