Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Burung yang terbang bebas di udara, air yang mengalir dengan tenang, dan ombak yang selalu menerjang bebatuan, serta batu yang selalu ikhlas untuk menjadi tempat bagi ombak melampiaskan amarahnya".
Pada tulisan akasara itu aku menyadari, bahwa manusia bisa berubah secepat itu. Bagaimana tidak? Ibuku, adalah salah satu orang yang aku sayangi. Tapi kenapa semenjak kehadiran adik laki-laki ku rasanya kasih sayang Ibuku berubah drastis. Aku sempat menghiraukan hal itu. Tapi semakin hari Ibu acap kali menghiraukan ku. Aku hanya bisa menormalisasikan keadaan yang ada. Dan tetap berpikir positif.
Singkat cerita, aku dibesarkan dengan luka batin yang bisa dikatakan saat ini masih ku bawa hingga aku menginjak usia dewasa. Untunglah masih ada yang memperlakukan aku dengan kasih sayang. Ya, ia adalah calon suami ku. Tampaknya ia akan ku jadikan rumah untukku pulang disaat aku lelah menghadapi dunia.
Tapi kau tahu?, memang betul seakan Tuhan telah menggariskan kesedihan ini hanya untukku. Setelah beberapa tahun menikah, ternyata suami ku tidak seperti yang aku harapkan.
Aku goyah, saat itu adalah saat dimana dilema datang di hidup ku. Aku ingin memilih untuk berpisah tapi di lain sisi aku harus mempertimbangkan bahwa aku tidak ingin anak-anakku kehilangan sosok Ayah akibat dari perpisahan ini.
Tuhan, apakah ada sedikit saja kebahagiaan yang tersisa untukku?. Aku percaya, jalan kisah hidup yang Engkau tulis untuk ku semua itu adalah bagian jalan yang terbaik dari-Mu. Tapi aku selalu merasa tidak kuat untuk menjalani nya Tuhan.
Inilah kisah ku, akankah aku mampu melewati jenggala kehidupan? atau malah justru sebaliknya?.