Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Jaka Sulistya tidak pernah menyangka jika perjalannya ke Aceh Barat untuk menemui kedua orangtuanya, ternyata mengalami hambatan. Hambatan pertama adanya kerususan di perbatasan yang disebabkan oleh kelompok sparatis, GAM dan tentara republik. Ketika Jaka mencoba menerabas jalan-jalan yang diblokir, ia justru dihadapkan pada persoalan lain. Di sana ia dipertemukan dengan seorang perempuan muda yang ia akui memiliki daya pikat yang luar biasa.
Perempuan muda dan ligat itu tak lain adalah Utami, teman sekelas ketika di SMP dulu. Kisah masa lalu pun seolah sebuah film usang yang diputar ulang. Mereka pernah memiliki hubungan istimewa di masa remaja.
Ketika Jaka mebgungkapkan perasaannya, justru Utami Panca Dewi mengaku jika sirinya adalah salah satu kombatan GAM. Ialah yang sudah ikut mengancurkan desa-desa di Barat Daya delama ini. Ia juga yang ikut berperan menyengsarakan kedua orangtua Jaka di desa.
Apa yang akan Jaka lakukan? Apakah ia akan melanjutkan jalinan cintanya, atau justu meninggalkan Utami yang sebenarnya seorang pemberontak?
Saya menemukan jejak apa yang dimaksud Andreas Harsono (pakar jurnalisme sastrawi) dalam narasi ini. Kedekatan naratornya yang merinci amatan yang membayangi sepanjang ceita berjalan dengan sedemikian rupa, sehingga kedekatan narasinya muncul seperti sebuah memoar. Subyektif saya, perlu sedikit sabar untuk menemukan pencapaian narrative reporting setelah bab 4. Sebagai pembaca, saya meletakkan perayaan pembacaan saya sebagai pembaca awam, yang menikmati seorang kawan lama yang bercerita, berceloteh, lengkap dengan gerundelannnya, kecemasannya, dan perenungannya. Karya ini tidak menjanjikan apa-apa selain keinginannya untuk lulus dari ujian bercerita sampai akhir. Menarik sekali.
Penuturannya begitu manis dan lembut menurut saya. Bukan hanya itu, dalam novel ini kaya akan diksi. Dan kisah ini begitu mengharukan. Selain itu saya bisa mengetahui peristiwa di Aceh setelah tsunami, maka dari itu terima kasih Kang Sudah menuturkan kisah ini.