Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Awalnya semua berjalan mulus, sedikit lagi mimpiku akan terwujud. Menikah dengan pria impian dan menggelar pernikahan adat Sunda yang dilangsungkan disebuah taman yang dirancang dengan konsep rustic. Namun mimpiku hancur seketika saat virus covid-19 mulai masuk ke Indonesia. Semua rencana yang telah matang dan tinggal menunggu waktu eksekusi pun terancam pembatalan. Wedding organizer yang ku percaya untuk mengurusi segala persiapan pernikahan tak mau melanjutkan lagi rencana ini, mereka akan dikenakan denda bila tetap nekat melangsungkan acara pernikahan untuk kamu. Tak ingin mimpi ini kandas, aku nekat melakukan berbagai cara agar acara pernikahan tetap berlangsung, tetapi gagal. Aparat kepolisian tak mau memberikan izin, sementara pihak KUA menyarankannya untuk melaksanakan akad nikah saja tanpa pesta. Karantina wilayah menjadi masalah utama untuk bisa melangsungkan akad nikah. Calon suamiku tinggal di Jakarta dan aku sendiri tinggal di Palembang, sementara adik laki-laki yang akan menjadi wali dalam pernikahanku tinggal menetap di Cirebon. Hal ini membuatku panik, stres dan depresi. Beberapa klien yang memesan gaun pengantin padaku pun membatalkan semua pesanan, sahabatku sendiri gagal menikah karena calon suaminya positif mengidap covid-19. Di ambang keputusasaan, aku nekat mengajak Aru untuk pergi ke Cirebon dan melangsungkan akad nikah di sana, tindakanku ini justru mengancam nyawa ku, kekasih, ibunda dan adikku. Satu-satunya cara agar aku dan orang-orang tersayangku selamat dari penularan virus adalah dengan cara melangsungkan pernikahan secara virtual. Haruskah pernikahan impian ini batal, padahal bertahun-tahun aku menunggu momen bahagia ini? Ataukah harus mengikuti protokol kesehatan dengan cukup melangsungkan akad nikah saja secara virtual?