Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Dunia anak-anak adalah sebuah bahasa kebebasan, sementara batasan adalah sebuah larangan. Karena apabila engkau membatasi gerak-gerik seorang bocah, sama dengan engkau menidurkan seorang anak singa yang tengah berkembang. Seorang anak bernama Mubarok lahir dan dibesarkan di sebuah kampung sederhana di bumi pertiwi. Bersama teman-temannya ia menemukan beragam makna kehidupan di kampung bambu.
Mereka mengenal jalinan erat yang bernama persahabatan, sebuah obat pahit yang bernama kebencian, sebuah perahu kemudi petualangan, dan petasan kegembiraan yang dipersaksi oleh rimbunnya bambu. Begitulah dunia mereka. Dunia yang hanya berisikan sebuah kata, bermain. Seiring berjalannya waktu, satu persatu dari mereka mulai memiliki sebuah impian. Impian yang mengantarkan mereka kepada jalan perpisahan.
Seiring umur mentari yang beranjak menua, Mubarok merelakan impian terbesarnya untuk bisa berbahasa layaknya penghuni langit. Perjalanan panjangnya menuntut ilmu selama 6 tahun dengan status setengah santri pun menemukan beragam momen yang sulit untuk dilupakan. Mulai dari melawan kezaliman berjama'ah, "meledakkan" aula pesantren bahasa langit, hingga ia menemukan sebuah alat penyegel waktu.
Bukan gembok apalagi mesin waktu, melainkan sebuah buku. Walaupun ia menemukan sebuah cara untuk bisa hidup abadi, namun satu persatu sahabat masa kecilnya pergi. Ia menukar keabadian persahabatan dengan keabadian tulisan. Begitulah manusia, terkadang mimpi dan target hiduplah yang sering memisahkan kita. Aral-melintang terus berdatangan, namun ia senantiasa tegar. Ia percaya, bukan yang tertajam yang akan menang, melainkan mereka yang terus bersungguh-sungguh.