Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Dia yang bersemayam di celah kaki beduk sedang menunggu. Menunggu sangat lama. Dari beduk itu masih berfungsi sampai beduk itu menua dan hanya menjadi monumen khas sebuah pondok pesantren. Dia masih menunggu. Seolah terpasung di sana, oleh perasaan terikat pada sepotong bacaan Al Quran seorang bocah laki-laki. Sepotong tilawah yang berhenti tiba-tiba. Dia berharap bocah itu kembali dan meneruskan bacaannya. Tapi, bocah itu tidak pernah kembali. Sampai berpuluh tahun kemudian ia merasakan aura bocah itu kembali. Kehadiran yang samar, yang dia rasakan di sepertiga malam terakhir di teras samping masjid. Dia melihat bocah itu, tapi bukan bocah yang sama. Mungkin keturunannya. Dan bocah itu sedang mengintip ke dalam masjid. Mengintip seorang santri putri yang sedang tilawah. Tilawah yang tidak biasa. Tilawah yang tak bersuara. Dia yang seakan menjelma dari asap ikut terkesima oleh gerak tangan dan jemari santri putri itu. Ada pendar suci yang mengiringi gerakannya, tidak hanya memberi indah, tapi juga makna pada irama yang tak terucap. Terlebih lagi, dia semakin terkesima saat melihat bocah lelaki itu meniru gerak santri putri itu. Membuatnya mulai berpikir, seandainya bocah dan santri putri itu bisa bersanding, akankah membawa turunan yang bisa memberinya bacaan Quran yang lebih hebat lagi? Ya, kemungkinan itu ada, dan dia akan membantu, bagaimanapun caranya.
Alhamdulillah akhirnya tamat juga baca kisah ini. Seperti biasa, penulis yang satu ini apik sekali menyusun narasi, mengatur ritme dialog dan alur.
Menurutku, novela ini romantis, nggak ada horor-horornya, tapi kisah gaibnya sangat kental, yang lahir melalui pengalaman spiritual Ahmad, Sofi dan tokoh DIA. Cara penulis bercerita juga tenang dan enak banget bacanya, nyaman.
Pokoknya keren banget. Semoga menang lagi. Ini jagoan saya nih.
Sejujurnya dari awal cerita saya sangat menanti-nanti sekali ada santri yang bisa melihat dia dan berdialog dengan dia, saya juga berharap si Dia ini menunjukan keberadaannya meski tak terlihat. Tapi sampai cerita berakhir, si Dia hanya menjadi saksi bisu saja dari perjalanan spiritual Ahmad. Meski begitu cerita ini tetap keren kok.
Setiap mulai membaca cerita dari penulis ini, pasti selalu membuat penasaran rangkaian cerita selanjutnya hingga akhir. Detail, serasa mengalami sendiri di setiap adegannya. Beliau bisa mengungkapkan dengan kata-kata, bagaimana cara berkomunikasi dengan orang yang bisu & tuli. Bagaimana suasana belajar di sebuah pesantren dengan guru-guru juga keadaan lingkungan sekitarnya. Selalu ada hikmah dibalik setiap ceritanya. Ya, selalu ada makna yang ingin disampaikan dalam setiap untaian ceritanya.
Mau komen apa ya? Bingung. Biar bintang yang bicara deh. Ayat Yang Tidak Terucap buat saya makin terkesima dengan gaya narasi penulis yang berbeda dengan karya sebelumnya. As always, sangat detil dalam menarasikan. Salam kenal, Ahmad Alex.
Sepanjang saya membaca karya-karya penulis ini, tema inilah yang paling tepat sebagai mediumnya bercerita. Caranya mengambil sudut pandang yang unik, menjadi ciri khasnya dalam mengeksplorasi teknik berkisah, tetapi tak abai pada silogisme dan pengetahuan agama yang dipahaminya. Dari banyak karyanya yang saya kagumi, tulisan ini yang membuat saya "bow" hormat. Menang atau kalah bukan yang utama, tapi kisah ini disampaikan dengan sangat apik dan menarik sungguh luar biasa. Tabik!
novel(a) ini menyuguhkan sudut pandang yang lain. gaib di sini sama sekali nggak ada horor-horornya. baca naskah ini rasanya adem, banyak pengetahuan agama, dan bikin saya berasa kayak balik nyantri lagi, inget pas jaman-jaman dulu ikutan sanlat. (soalnya saya bukan alumni santri ðŸ¤)