Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Hai guys, kenalin aku Azkia Anindhira, sering dipanggil Dhira. Saat ini aku berumur 18 tahun, tepatnya kelas 3 SMA. Aku seorang anak yatim, ayah meninggal saat aku berumur 8 tahun. Aku memiliki dua kakak, anak pertama adalah seorang laki-laki namanya Ishaq Putra Pratama, biasa dipnggil Putra, dia menganggur tak ingin mencari kerja, dan kakak keduaku bernama Hana Dwi Tiara, biasa dipanggil Ara, saat ini kakak berkuliah yang sudah disemester akhir.
Saat ini ibu sering sakit-sakitan, yang berobat hanya dari daun-daunan yang ia rebus ntahlah apa itu namanya. Kadang aku putus asa, semenjak kepergian ayah kami serba tak berkecukupan, ayah adalah seorang PNS dan kami hanya mengandalkan uang pensiun dari ayah. Ibu selalu terkena tekanan darah tinggi, akibat dari kak Putra yang selalu mengambil uang secara cuma-cuma di dompet ibu. Kak Putra sangatlah nakal, pemarah, dan manja.
"IBUUUU, AKU MINTA UANG MAU BELI ROKOK" bentak Kak Putra
"Putra, bukannya ibu gak mau ngasih, merokok itu gak ada gunanya nak. Merokok itu membahayakan kesehatan. Kita butuh untuk makan juga" jelas ibu lembut
"yaelah buuu, aku mending ngerokok daripada makan."
" astaghfirullah nak"
"cepat bu mana?"
"gak cukup Put kalau kamu minta buat rokok, pikirin adek-adek kamu, mereka butuh biaya untuk sekolah."
"elllehh sekolah, habisin uang orang tua aja lu" bentak kak Putra sambil meneloyor kepalaku
"Kakak kapan sadarnya? Aku kira pas ayah meninggal, kakak udah bakal sadar"ucap kak Ara
"elleeh berisik" bentak Kak Putra, lalu keluar dari rumah dengan membanting pintu.
"Ibu yang sabar yahh" kataku dan Kak Ara lalu membawa ibu ke kamar.
" Ya Alllaahhh, apa salah ibu sampai kakak kalian begitu" tangis ibu pecah
Aku dan Kak Ara pun ikut menangis, aku sakit hati melihat ibu diperlakukan seperti itu, Kak Putra gak pernah berubah, sejak dulu ia selalu seperti itu bahkan saat SMP dia sudah merokok dan selalu bolos, hingga dia tidak lulus. Ntahlah, aku pun bingung sampai kapan kakakku akan seperti itu.
Pagi pun tiba, kak Putra belum pernah datang sejak kejadian semalam. Dia memang selalu seperti itu jika tidak diberi apa yang dia inginkan. Dia seperti anak-anak, aku dan Kak Ara selalu menasehatinya tapi dia akan menjawab dengan anggukan dan juga biasanya dia akan marah.