Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Saat terlalu lelah untuk bernapas. Saat tersenyum pun perlu usaha keras. Junior dan Jamila saling menemukan. Mencipta senyum di wajah satu sama lain. Memberi nyawa di kehidupan satu sama lain.
Dua remaja yang kehilangan arah karena ulah orang tua. Junior dan Jamila bertemu dengan rasa benci terhadap satu sama lain. Bagaimanapun, Junior yang selalu hidup disiplin tidak akan pernah cocok dengan Jamila yang urakan. Namun, semesta seolah memaksa mereka untuk bersatu. Sampai akhirnya, Junior dan Jamila menjadi obat bagi satu sama lain. Mereka merasa cocok. Mereka bahagia saat bersama. Mereka egois untuk tidak saling melepaskan.
Junior dan Jamila hanya ingin hidup normal. Seperti remaja lainnya. Menikmati usia 18 tahun tanpa kepalsuan. Mereka ingin tertawa lepas, melangkah bebas, keluar dari tembok kewaspadaan. Namun, saat Junior dan Jamila telah yakin bahwa mereka adalah akhir bahagia bagi satu sama lain, semesta tidak merasa begitu.
Membunuh seseorang sebenarnya tidak ada dalam daftar kegiatan yang dibuat Junior dan Jamila untuk menikmati usia 18 mereka. Namun, tubuh yang tergeletak di depan kaki Jamila itu sudah tak bernyawa. Junior dan Jamila harus banting setir. Keinginan untuk bersenang-senang berubah menjadi keharusan untuk berlari dari sirine polisi yang terus menghantui dan bahkan sampai terbawa mimpi.
Bukan keluar dari tembok kewaspadaan, mereka justru harus membangun tembok itu lebih kuat.
"Tidak apa-apa jika bersama." kata Jamila saat itu sambil menatap lekat mata Junior membuat gurat panik di wajah Junior seketika sirna dan Junior menggenggam tangan Jamila lebih erat.