Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
" Keajaiban dunia. Astaga, keajaiban dunia yang ke delapan lewat. Ini harus di abadikan. Astaga, dia bisa jalan guys. Hp gue mana, hp gue mana, gue mau rekam." Raka berseru heboh.
Kantin yang tadinya, ramai damai itu, mulai ricuh, ketika seorang pria bernama Arkano Samudera memekik heboh, setelah melihat kedatangan seorang gadis cantik yang bernama Aluna.
Aluna tau itu suara siapa, bahkan Aluna hafal, apa yang akan diucapkan oleh pria itu selanjutnya. Aluna mendengus kesal, mendengar suara yang terkesan lebay itu, dasar norak pikirnya.
"Astaga, kok sepatu, pake sepatu, sih? lni harus masuk ke dalam salah satu keajaiban dunia." Nada suaranya terdengar menyebalkan. Tidak berhenti sampai di situ, pria yang bernama Arkano Samudera, atau yang sering dipanggil Raka, tetap saja berusaha membuat Aluna kesal.
Bahkan, Raka kini sedang merekam Aluna dengan kamera ponselnya, seolah-olah Aluna memang adalah hal yang wajib untuk di abadikan.
"Nama aku Aluna, bukan sepatu." Aluna menjawab perkataan Raka dengan senyum yang terlihat dipaksakan. Aluna sampai bosan mengatakannya kepada Raka. Tapi, Raka tidak pernah mendengarkannya. Raka terus memanggilnya sepatu.
"Ah, bukannya nama lo memang sepatu, ya? Kok sepatu bisa jalan sih, serius nanya?" Raka masih saja menyerocos tidak jelas.
Aluna sebenarnya, gadis yang cukup pendiam. Tapi tidak lagi, jika bertemu dengan Raka, seorang kapten tim basket di SMAN Nusa Dua.
Raka termasuk pribadi yang cuek terhadap sekitar. Tapi entah kenapa, setiap kali dihadapkan dengan Aluna, jiwa jahil Raka yang terpendam seolah muncul begitu saja.
Perkataan Raka sangat menyebalkan ditelinga Aluna. Bagaimana tidak kesal, jika Aluna selalu saja menjadi bulan-bulanan Raka setiap kali mereka bertemu dan parahnya lagi, mereka seperti memang seperti ditakdirkan untuk selalu bersama.
Karena dari TK, baik Aluna, maupun Raka berada di kelas yang sama setiap tahunnya.
"Bukan Arkano... " Geram gadis itu melotot lebar. Inilah salah satu alasan, kenapa Raka sangat suka menggoda Aluna. Karena gadis itu akan kelihatan sangat lucu saat sedang melotot marah, dan Raka menyukai ketika mata Aluna yang sipit, melebar dengan susah payah. Sangat menggemaskan.
"Baiklah Kembang."
"ALUNA RAKA, BUKAN KEMBANG, APALAGI SEPATU!" Suara teriakan Aluna menggelegar, mengisi kebisingan kantin. Membuat fokus semua orang kembali padanya.
Memang sudah tidak heran, bagi anak-anak SMAN Nusa Dua jika melihat, ataupun mendengar Raka dan Aluna bertengkar. Sudah seperti makanan sehari-hari. Tapi tetap saja, hal itu selalu menjadi tontonan menarik bagi mereka semua.
Karena, memang tidak ada yang berani melawan Raka di sekolah ini kecuali Aluna.
Teriakan Aluna yang super dahsyat, membuat Raka menutup telinganya spontan. Astaga, ini cewek makan toa kali ya?
"Salah gue apa coba? Nama lo kan emang Aluna Kembang Sepatu." Ujar Raka pura-pura polos, disertai dengan kekehan menyebalkan miliknya.