Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Saat bertemu dengannya, semangatku untuk menjalani hari menjadi hancur melebur bersama rasa benci yang tertanam di dalam hatiku. Aku pun berencana untuk menggali lebih dalam masa lalu Bu Hana, supaya aku bisa membalaskan kebencianku dengan menyeret sisi gelap dirinya ke hadapan semua orang.
"Kenapa kamu penasaran dengan Bu Hana?" Pak Farhan mulai mencurigaiku. "Begini, Pak. Tadi saya dengar beberapa siswa tengah membicarakan masa lalu Bu Hana dan menjelek-jelekannya, bahkan mereka juga menyebarkan berita tak jelas mengenai Bu Hana. Saya ingin mencari tahu kebenarannya untuk membuktikan bahwa rumor itu tidak berdasar. Karena itu, bisakah Bapak menceritakkany kepada saya?" Aku berusaha membujuknya.
"Bu Hana tidak pernah mengatakan nama anaknya, dia merasa sedih dan bersalah jika menyebut namanya. Tapi, Bu Hana pernah mengirinkan fotonya kepada Bapak." Pak Farhan langsung meraih ponsel yang berada di dalam saku celananya. Setelah menemukan foto yang Pak Farhan maksud, dia pun langsung menunjukkannya padaku. Saat melihat foto itu, pupilku membesar, lisanku tak mampu berucap, dan denyut jantungku terasa menghilang. Aku mematung di hadapan Pak Farhan.