Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Aisha Siti Nurwulandara adalah anak kedua dari enam bersaudara, buah hati sepasangan suami istri Agus Dermawan dan Siti Aminah, dari keluarga sederhana dan bahagia. Di keluarga ini, terdapat Abah, Umi, kakak dan adik-adik. Agus berprofesi sebagai guru ngaji, sedang Aminah sebagai ibu rumah tangga. Mereka memiliki anak perempuan dua, setelah Aisha, lahirlah Tifa Fifah. Aisha dan Tifa berbeda empat tahun. Tersisa empat laki-laki, anak pertama Muhammad Azzamatullah, keempat Ahmad Siddan, kelima Afdal Ahmad Rohmatullah. Dan yang terakhir Muhammad Ali Zikrillah, si bungsu yang begitu manja pada Umi dan Abah, semanja Aisha saat kecil. Bedanya saat itu ia begitu manja dan dekat dengan Abah. Kedekatakan yang lumrah terjadi, antara seorang anak perempuan dengan Abah-nya. Kini usia Aisha 24th, di usia yang sudah cukup dewasa ini ia sudah merasa malu untuk berprilaku selayaknya anak kecil. Meskipun begitu, ia tumbuh dengan baik, namun tak sebaik yang dibayangkan. Di usianya sekarang ia sudah mendapat gelar sarjana sastra. Namun, sarjana yang tak punya pekerjaan, alias pengangguran paling menyedihkan, segala bentuk usaha telah ia lakukan. Segala bentuk kegagalan juga telah ia rasakan, hal ini membuatnya terpuruk sangat dalam. Di tengah keterpurukkannya ia berusaha bangkit dengan mengingat masa kecilnya. Seketika itu ingatan itu membawanya pada kilasan cerita Aisha semasa kecil yang ceria, gemar bertanya, berbicara, dan percaya diri, bahkan ia berani bermimpi, walau semua orang tidak mempercayainya. Aisha berusaha menemukan sebuah jawaban dengan cara mengulang kembali prilaku dirinya saat itu. Ia ingin bercermin mengambil sebuah pelajaran dalam dirinya sendiri untuk menjadi sebuah cerminan di masa sulitnya ini, sebab ia begitu meyakini bahwa kesulitan dan kemudahan yang ia dapat di masa sekarang berkaitan dengan masa kecilnya. Aisha kecil si pemimpi ulung ini tumbuh menjadi perempuan dewasa yang begitu penakut. Masa-masa menakutkan ini, menjadi titik terendah seorang perempuan yang takut tuk bermimpi lagi bahkan melanjutkan hidup lagi. Fisik yang lemah kian hancur, sikisnya sangat terganggu. Di tengah kondisi buruknya, ia ingin mengunjungi masa kecilnya, dan menemukan jawaban dari setumpuk pertanyaan yang mengusik kepalanya.