Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Anandita dan Rheno adalah sepasang pendaki gunung asal Bandung yang beragenda menaklukkan 7 (tujuh) puncak tertinggi di Pulau Jawa. Dalam perjalanannya menaklukkan Gunung yang ke- 4 & 5 yaitu Gunung Arjuno dan Gunung Welirang, di lembah percabangan antara 2 (dua) gunung yang merupakan basecamp terakhir, mereka berkenalan dengan seorang pendaki solo dari Yogyakarta bernama Rifki. Keesokan harinya Rifki memutuskan mendaki sendirian pada dini hari, meninggalkan Dita dan Rheno yang berencana mendaki selepas matahari terbit.
Dalam perjalanan mendaki itu terjadi sebuah tragedi. Rifki terjebak badai petir di puncak gunung, sementara Dita dan Rheno bertahan hidup di sebuah jurang tanpa ujung bernama Jurang Gede, setelah sebelumnya jalur pendakian yang mereka lewati runtuh dan menyeret mereka ke dalam jurang. Ketiga pendaki itu merasa begitu dekat dengan kematian. Ancaman udara gunung nan beku, hujan dan amukan angin, serta keterbatasan kondisi akibat perbekalan Rheno dan Anandita lenyap runtuh ke dasar jurang.
Ketika Rifki menuruni puncak untuk turun kembali ke basecamp, dia mendapati jalur pendakian di Kawasan Jurang Gedhe runtuh. Rifki juga mendapati seutas tali yang tertali pada Pohon Cantigi terjulur ke dalam jurang. Dalam keterbatasan yang dimiliki, Rifki berupaya keras melakukan pertolongan.
Perjuangan untuk menyelamatkan diri di tengah keganasan badai dan memulihkan diri dari traumatik berkepanjangan, membutuhkan keberanian para pendaki melebihi keberanian mengarungi rimba belantara di puncak gunung.
(diinspirasi dari sahabat Pendaki dan Pemanjat Tebing, SR)