Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku mematut dandananku di cermin untuk memastikan riasan wajahku sempurna.
“Sudah cantik, Mbak,” kata periasku.
Aku tersenyum. Pertemuan pertamaku dengan Aldi harus membuatnya terkesan. Aldi. Nama itu terus bergaung di telingaku seminggu ini.
“Percaya deh Nadia, sama Tante. Tante nggak mungkin jodohin kamu sama orang sembarangan. Aldi itu ganteng, dosen, doktor pula. Kamu nggak bakalan nyesel nikah sama dia,” ujar Tante Mira saat makan siang denganku di sebuah cafe, yang terletak tidak jauh dari kantorku.
“Nih. Tante kirim foto sama nomor Aldi ya. Tante sudah kasih nomor kamu juga sama dia. Pasti sebentar lagi, dia akan kontak kamu.
Tante Mira mengedipkan matanya padaku, kemudian beranjak pergi. Karena penasaran, aku membuka pesan dari Tante Mira. Sebuah foto berlatar belakang acara pernikahan. Yang paling menonjol adalah seorang pemuda berbaju batik.
Aku tersenyum. Tante Mira benar. Pemuda itu tampan. Aku langsung menyukai sosok Aldi, terlebih setelah saling kontak. Ucapannya yang lembut di telpon membuatku terpesona dan jatuh hati padanya.
Puncaknya, hari ini ia akan datang menemuiku dan keluarga di rumah. Kuucap syukur berkali-kali. Setelah penantian yang sekian lama, akhirnya jodohku datang juga.
***
“Tamunya sudah datang.” Perias memberitahuku.
Aku mengintip. Kulihat seorang laki-laki setengah baya duduk berbincang dengan Ayah. Dilihat dari penampilannya orang itu pasti teman Ayah. Aldi tidak ada di sana.
Aku bergegas menelpon Aldi, menanyakan kenapa ia belum datang.
“Aku sudah sampai, Nadia,” sahut Aldi. “Sekarang aku ngobrol sama ayahmu.”
Sampai di sini, aku merasa ada yang salah. Jangan-jangan ...
Kucek lagi foto kiriman dari Tante Mira. Di foto itu ada beberapa orang. Dan orang yang ada di rumahku, berdiri persis di sebelah pemuda tampan yang kukira Aldi. Dialah Aldi yang asli. Aku sudah salah orang.
Aku shock. Versi tampanku ternyata berbeda dengan versi Tante Mira. Mendadak kepalaku terasa berat.