Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Anosmia
11
Suka
9,603
Dibaca

Ruang isolasi di rumah sakit pagi itu penuh seperti biasa. Dokter Mayang sedang menginjeksikan obat dengan jarum suntik kepada seorang pasien laki-laki renta yang napasnya tinggal satu-dua. Setelah rampung, ia berpindah untuk menangani pasien-pasien berikutnya. Dari satu ruangan ke ruangan lain. Sesekali telinganya menangkap jeritan kesedihan dan teriakan kegusaran di tengah kumpulan manusia yang mencari pengobatan. Ia tak membiarkan itu mengganggu kinerjanya. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Dari satu raungan ke raungan lain.

Di sela kesibukannya, Mayang kerap kali melewati kamar jenazah. Entah sekadar lewat atau memantau apakah kapasitas ruangan masih memadai. Ia selalu membenci lawatannya ke kamar itu. Bukan hanya karena mengingatkannya pada kematian, ruang jenazah punya aroma khas formalin yang ia benci. Ia tak pernah terbiasa pada aroma itu meskipun telah melakoni pekerjaannya di tengah pandemi selama bertahun-tahun.

Mayang menjenguk bagian triase. Pasien baru tidak hanya ada satu, melainkan empat orang. Ia memeriksa mereka satu persatu lantas menentukan diagnosis dan prognosis.

“Mereka semua butuh ventilator,” ujar Mayang ke perawat.

“Ventilator yang tersedia tinggal satu, Dok. Rumah sakit lain belum bisa menerima-”

“Berikan ke pasien yang paling kanan,” potong Mayang dengan tidak sabar. Ia sudah berkali-kali mendengar informasi itu.

Perawat itu segera menyanggupi instruksi Mayang. Salah satu pasien laki-laki dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Ketiga pasien yang tersisa dialihkan ke ruang isolasi. Lebih baik mereka segera mengganti namanya menjadi Ruang Tunggu Jenazah, pikir Mayang. Tidak ada harapan untuk mereka.

Mayang baru sempat melihat ponselnya. Suaminya menghubunginya berkali-kali. Ia mencoba menelepon balik namun kini suaminya yang tak dapat ia jangkau. Kesibukannya menjadi dokter membuat ia tak punya banyak waktu luang lagi untuk dihabiskan bersama pendamping hidupnya. Sudah beberapa bulan terakhir mereka tak banyak mengobrol, apalagi liburan berdua.

Perawat perempuan membawakannya rekam medis pasien baru. Hati Mayang mencelos. Nama suaminya tertera jelas di sana.

Mayang berlari kembali ke ruang triase. Seorang dokter perempuan sebayanya tengah duduk di balik meja. Berkali-kali Mayang melihat sekeliling, suaminya tidak ia jumpai di sana.

“Tesa…” ujar Mayang ragu-ragu.

Dokter Theresia menggeleng ke arahnya. Perawat menyusul di belakangnya.

“Mbak, batalkan pemberian ventilator ke pasien sebelumnya,” perintah Mayang. “Segera!”

“Tapi, Dok!”

“Mayang, kau tahu protokolnya. Ventilator diberikan untuk pasien dengan kemungkinan hidup paling besar!” tegas Theresia.

Theresia mencengkram tangan Mayang; tidak membiarkannya pergi. Beberapa petugas keamanan datang membantu menahan Mayang. Air mata Mayang terbit di pelupuk matanya. Jiwanya meronta-ronta, namun tubuhnya tak mampu bergerak menuruti kehendaknya.

Di depan ruang isolasi, Mayang mengintip suaminya yang terbaring tak berdaya. Di tangannya terselip lembaran persetujuan untuk prosedur eutanasia yang diberikan Theresia. Kalau kau tidak tahan melihatnya tersengal-sengal—ucapan Theresia terngiang.

Pintu ruang isolasi tiba-tiba terbuka. Seorang pasien dibawa keluar oleh beberapa petugas medis. Sekujur tubuhnya ditutupi kantung jenazah. Mayang tidak perlu melihat wajahnya untuk tahu sosok pasien itu. Lelaki renta yang pagi tadi telah ia suntik mati.

Ia mengawasi jasad lelaki renta di kamar jenazah. Mayang terkejut. Aroma khas dari kamar jenazah tak lagi mengganggu hidungnya. Lembaran di tangannya terasa memanas; serasa memegang bara api. Kepalanya berputar. Kematian tak lagi menakutkan baginya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Anosmia
MAkbarD
Flash
Bronze
Penerimaan Rasa
Elysiaaan
Flash
Bronze
Rupanya Ini Cinta Kok Begini?
Silvarani
Novel
Hate You Father
Arbayahs
Novel
Gold
The Age of Innocence
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Radio Kuna Kunawi
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
KALA CINTA
Yeni Lestari
Novel
Kamu Tidak Sendirian
Amar Ma'ruf
Cerpen
Bronze
Kucing Tak Kunjung Bahagia
Gesha Yuliani Nattasya
Novel
Kuncup Berlian
Ais Aisih
Novel
Bronze
Gedith Woman
Anglint
Skrip Film
(Script Film) The Sun, The Moon, and The Truth
Aisya Nurramadhani
Novel
MENGGAPAI BAHAGIA
Nenghally
Skrip Film
Break A Leg! (Literally) - Script
Nunahsana
Flash
LAYANG-LAYANG
bibliosmia
Rekomendasi
Flash
Anosmia
MAkbarD
Flash
Pandora
MAkbarD
Flash
Angan di Yomitan
MAkbarD
Flash
Mencari Musim Semi di Tumpukan Jerami
MAkbarD
Flash
Garis Takdir
MAkbarD