Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Anosmia
12
Suka
12,138
Dibaca

Ruang isolasi di rumah sakit pagi itu penuh seperti biasa. Dokter Mayang sedang menginjeksikan obat dengan jarum suntik kepada seorang pasien laki-laki renta yang napasnya tinggal satu-dua. Setelah rampung, ia berpindah untuk menangani pasien-pasien berikutnya. Dari satu ruangan ke ruangan lain. Sesekali telinganya menangkap jeritan kesedihan dan teriakan kegusaran di tengah kumpulan manusia yang mencari pengobatan. Ia tak membiarkan itu mengganggu kinerjanya. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Dari satu raungan ke raungan lain.

Di sela kesibukannya, Mayang kerap kali melewati kamar jenazah. Entah sekadar lewat atau memantau apakah kapasitas ruangan masih memadai. Ia selalu membenci lawatannya ke kamar itu. Bukan hanya karena mengingatkannya pada kematian, ruang jenazah punya aroma khas formalin yang ia benci. Ia tak pernah terbiasa pada aroma itu meskipun telah melakoni pekerjaannya di tengah pandemi selama bertahun-tahun.

Mayang menjenguk bagian triase. Pasien baru tidak hanya ada satu, melainkan empat orang. Ia memeriksa mereka satu persatu lantas menentukan diagnosis dan prognosis.

“Mereka semua butuh ventilator,” ujar Mayang ke perawat.

“Ventilator yang tersedia tinggal satu, Dok. Rumah sakit lain belum bisa menerima-”

“Berikan ke pasien yang paling kanan,” potong Mayang dengan tidak sabar. Ia sudah berkali-kali mendengar informasi itu.

Perawat itu segera menyanggupi instruksi Mayang. Salah satu pasien laki-laki dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Ketiga pasien yang tersisa dialihkan ke ruang isolasi. Lebih baik mereka segera mengganti namanya menjadi Ruang Tunggu Jenazah, pikir Mayang. Tidak ada harapan untuk mereka.

Mayang baru sempat melihat ponselnya. Suaminya menghubunginya berkali-kali. Ia mencoba menelepon balik namun kini suaminya yang tak dapat ia jangkau. Kesibukannya menjadi dokter membuat ia tak punya banyak waktu luang lagi untuk dihabiskan bersama pendamping hidupnya. Sudah beberapa bulan terakhir mereka tak banyak mengobrol, apalagi liburan berdua.

Perawat perempuan membawakannya rekam medis pasien baru. Hati Mayang mencelos. Nama suaminya tertera jelas di sana.

Mayang berlari kembali ke ruang triase. Seorang dokter perempuan sebayanya tengah duduk di balik meja. Berkali-kali Mayang melihat sekeliling, suaminya tidak ia jumpai di sana.

“Tesa…” ujar Mayang ragu-ragu.

Dokter Theresia menggeleng ke arahnya. Perawat menyusul di belakangnya.

“Mbak, batalkan pemberian ventilator ke pasien sebelumnya,” perintah Mayang. “Segera!”

“Tapi, Dok!”

“Mayang, kau tahu protokolnya. Ventilator diberikan untuk pasien dengan kemungkinan hidup paling besar!” tegas Theresia.

Theresia mencengkram tangan Mayang; tidak membiarkannya pergi. Beberapa petugas keamanan datang membantu menahan Mayang. Air mata Mayang terbit di pelupuk matanya. Jiwanya meronta-ronta, namun tubuhnya tak mampu bergerak menuruti kehendaknya.

Di depan ruang isolasi, Mayang mengintip suaminya yang terbaring tak berdaya. Di tangannya terselip lembaran persetujuan untuk prosedur eutanasia yang diberikan Theresia. Kalau kau tidak tahan melihatnya tersengal-sengal—ucapan Theresia terngiang.

Pintu ruang isolasi tiba-tiba terbuka. Seorang pasien dibawa keluar oleh beberapa petugas medis. Sekujur tubuhnya ditutupi kantung jenazah. Mayang tidak perlu melihat wajahnya untuk tahu sosok pasien itu. Lelaki renta yang pagi tadi telah ia suntik mati.

Ia mengawasi jasad lelaki renta di kamar jenazah. Mayang terkejut. Aroma khas dari kamar jenazah tak lagi mengganggu hidungnya. Lembaran di tangannya terasa memanas; serasa memegang bara api. Kepalanya berputar. Kematian tak lagi menakutkan baginya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Kecuali Monyet
DMRamdhan
Skrip Film
I AM AN AUTISTIC GIRL
Isti Anindya
Skrip Film
LIFE IS BEAUTIFUL
chelvia ch. meizar
Flash
Anosmia
MAkbarD
Cerpen
NEGERI YANG PENDUDUKNYA GUNDUL
Ani Hamida
Novel
Bronze
CINTA TAK SEMALANG ITU
Ranika Mayang Sari
Novel
Bronze
Langkah Parau
Khairunnisa
Novel
KISAH YANG TAK PERNAH SELESAI "TASYA"
natastas
Skrip Film
A15 - A16
Liz Lavender
Flash
Brownies (O)Rasa Bayar
Sena N. A.
Flash
Bronze
TERSESAT DI GANG YANG BENAR
Ari S. Effendy
Novel
Bronze
Mbok Kirah
Atsuka D
Novel
Story In Dream 2
Rain
Novel
Lanun
Jatnika Wibiksana
Cerpen
Bronze
Kucing Mati
Agus Fahri Husein
Rekomendasi
Flash
Anosmia
MAkbarD
Flash
Angan di Yomitan
MAkbarD
Flash
Pandora
MAkbarD
Flash
Mencari Musim Semi di Tumpukan Jerami
MAkbarD
Flash
Garis Takdir
MAkbarD