Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sebelum aromamu memenuhi ruangan, aku sudah duduk di sini. Hmm sekitar dua puluh menit yang lalu bahkan aku sudah menyiapkan moccachino kesukaanmu. Jadi, nanti ketika kamu datang, kamu tinggal meminumnya. Tenang saja, aku tidak menyuruhmu cepat-cepat datang. Karena ada atau tidak ada kamu, akan tetap saja bagiku. Kamu sudah hidup di sini. Di ruang yang entah kenapa terasa begitu luas untuk menyebut namamu.
Tentu saja karena kamu cantik. Semua orang tahu itu. Bahkan Ben kemarin secara terang-terangan bilang menyukaimu. Tapi tentu saja kamu nggak akan peduli, karena hatimu telah dimiliki seseorang. Yaaa... Kuharap kamu akan terus seperti itu, setia pada satu orang.
Akhirnya kamu datang. Persis, aroma ini yang kurindukan. Entah parfum apa yang kamu pakai, tapi aku sangat menyukainya.
"Sudah lama?" Tanyamu begitu kamu duduk.
Seperti biasa, aku tidak banyak bicara. Meminum kopi dengan tenang, memperhatikanmu yang bertingkah seperti boneka hidup.
"Ya kan...apa kubilang!" Suaramu sedikit berbisik, tapi aku mendengarnya.
"Waktu Rere bilang, aku nggak pengen percaya. Tapi besoknya Ben juga mengatakan hal yang sama. 'Kan aku jadi penasaran."
Oh kabar itu?
Tidak benar!
Maksudku, itu tidak seheboh yang Rere dan Ben katakan. Mereka hanya membesar-besarkan saja. Lagipula, kamu kan udah ada seseorang yang jagain kamu. Jadi, tenang saja.
"Gimana kalau kamu nggak ada?"
Tenang saja, aku selalu di sampingmu.
"Gimana kalau malam-malam dia juga menguntitku?"
Matamu tiba-tiba menatapku. Aku tahu kamu sedang panik. Beberapa kali kamu memegang gelas yang isinya tidak niat kau minum.
"Sepertinya dia ada di sini!" Bisikmu, sangat pelan, tapi aku masih mendengarnya.
Kamu menatapku lagi, menunjuk ke arahku.
Lalu seseorang di depanmu menoleh ke belakang, "Siapa kamu?" Tanyanya padaku, suaranya luar biasa kencang. Aku tidak tahan dan melenggang menghilang.
Tenang perempuanku, kutunggu kamu di depan pintu masuk!