Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sungguh bukan ide bagus melintasi Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta saat waktu menunjukkan pukul 09.30 menuju ke arah Grogol dengan menggunakan kendaraan bermesin N63B44TU.
Rasanya baru sepuluh centimeter Pirelli P Zero 245/45 R19 dan 275/40 R19 ini melahap aspal yang tidak lagi mulus, keempat kaliper rem sudah bergegas mendekap piringan cakram yang berada di belaiannya.
Sudah hampir satu jam aku terjebak di dalam lautan deru mesin langsam yang berorkestra, meyanyikan nada-nada homogen yang terdengar cukup membosankan. Sesekali, aku mengubahsuaikan penyejuk udara yang terasa begitu menusuk kulit walaupun suhu di luar sudah mencapai 39 centigrade.
Kuhela napas, sejalan terngiang di sekujur ingatan tentang nada minor yang terlontar dari gadis itu, mengadu lirih tentang perlakuan yang seharusnya tidak ia terima semalam.
Apa yang sebenarnya kupikirkan saat ini?
Mengapa aku begitu memikirkan gadis berparas oriental itu?
Tiiiin!
Lamunanku terhenti saat suara klakson single tone dari mobil M Segment keluaran Jepang yang banyak ditemui di Ibukota ini memperingatkan bahwa ada ruang sekitar dua meter di depan, memisahkan kendaraan ini dengan sebuah kendaraan J Segment keluaran Jepang yang tampak masih baru.
Sesungguhnya tidak ada satu hal pun yang bisa kulakukan untuk memenuhi keinginannya, tetapi jauh di dalam hati, aku hanya ingin ia baik-baik saja di sana.
*****
Setelah hampir satu jam, aku tiba di depan rumah kost gadis itu. Kuhela napas cukup panjang seraya memperhatikan pagar rumah ini yang begitu rapat terkunci.
Kukirimkan Telegram kepadanya, seraya menatap layar ponsel lima-koma-lima-inci yang saat ini kugenggam.
Sesekali ekor mataku mengarah ke instrument cluster, memastukan jarumnya masih langsam menunjuk ke angka 500 RPM. Sungguh, aku tidak ingin menemui gadis itu, tetapi hatiku seolah tiada berdamai dengan ketenangan ketika tahu apa yang terjadi semalam.
Tidak sampai lima menit, kulihat pagar rumah kost ini bergerak, seorang gadis berambut panjang sepunggung terlihat agak kaget melihat kendaraan ini. Kuturunkan kaca jendela pengemudi dan memandang ke arah gadis yang hanya mengenakan daster cukup pendek itu.
“Kenapa kaget?” tanyaku setelah menghela napas panjang.
Gadis itu menggeleng, “enggak kok Kak, cuma kaget aja seniat ini nyamperin aku.”
“Well, saya tungguin kamu ganti baju dulu, nanti kita ngobrolnya di luar aja,” tukasku.
“Masuk aja dulu sebentar,” ujarnya seraya mendekatkan tubuhnya ke arahku, “nanti abis itu aku mau jujur sama istri Kakak,” pintanya dengan nada yang begitu manja.
Kuhela napas, “terus?”
“Aku nanti yang jelasin ke istri Kakak,” ujar gadis itu lalu memandangku agak ragu.
Kugelengkan kepala pelan, seraya memandang ke arahnya, “mendingan jangan, daripada jadi masalah.”
“Tapi sugarbaby nya Dean ngira aku itu ganjen sama Dean, sampe aku dilabrak semalem.”
Kuhela napas seraya menggelengkan kepala pelan, mencoba memahami bagaimana pola pikir Dean, suami dari kakak iparku.