Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Kresna dan Arjuna berdiri di tepi lapangan tempat prajurit mereka sibuk berlatih.
Beberapa prajurit yang beristirahat sedang membicarakan Kresna.
"Sudah lama perang selesai, tapi aku masih ketakutan apalagi setiap melihat Sri Kresna." ujar salah satu prajurit.
"Sri Kresna jadi kurir kencana kuda Prabu Arjuna, kan, dia tidak boleh berperang karena dia seorang titisan dewa. Terlalu kuat makanya dia hanya mengendalikan kencana saja." tukas temannya.
"Aku prajurit yang sedia di sisi Prabu Arjuna. Jika kau di sana kau akan ketakutan. Lihat tanganku merinding, setiap aku ingat apa yang Sri Kresna lakukan."
"Apa yang terjadi?" temannya mendekat.
"Didunia ini ada tipe orang licik seperti Sengkuni dan Sri Kresna. Sengkuni terang-terangan menunjukkan kelicikannya. Sedangkan Sri Kresna, kelicikannya tidak terlihat."
"Aku baru sadar itu," ujar temannya.
"Bayangkan jika Sri Kresna di pihak Kurawa, sekuat apapun Pandawa pasti kalah." ujarnya stres.
Prajurit itu menepuk bahu temannya.
"Kau ingat kematian Resi Durna, Pandawa tidak mau membunuh Resi Durna karena dia adalah guru mereka sejak kecil. Tapi Sri Kresna punya akal dia menyuruh Bima membunuh gajah bernama Aswatama. Ketika itu Resi Durna mendengar lonceng kematian bunyi dan Aswatama disebut."
Dipeperang ada sebuah adat dimana setiap orang gugur lonceng akan berbunyi dan nama orang yang mati akan digemakan.
"Resi Durna menangis ditempat, tanpa ia sadari Srikandi menarik panah, menghujani tempat Kurawa. Resi Durna terpanah, lalu pangeran Drestadyumena melesat cepat tanpa ia sadari membunuh Resi Durna."
Mata temannya membelalak, "Ternyata cerita sebenarnya ini, waktu itu aku beneran mengira Aswatama mati juga."
"Ada lagi, kau ingat kematian Pangeran Abimanyu?"
Temannya mengangguk mantap.
"Sri Kresna menyuruh Abimanyu untuk maju berperang, padahal Prabu Arjuna sudah berpesan pada Abimanyu bahwa ia harus didampingi Arjuna. Tapi Sri Kresna mengukuhkan Pangeran Abimanyu untuk duluan, akhirnya Pangeran maju tanpa didampingin Arjuna dan Pangeran terbunuh sadis, para Kurawa, pamannya sendiri mengeroyok Abimanyu tanpa ampun. Prabu Arjuna mengamuk mengetahui anaknya tewas dibunuh. Kau tau? Sri Kresna sengaja melakukannya, ia tau Prabu Arjuna harus mengamuk untuk menyeimbangkan perang. Karena sudah banyak panglima besar Pandawa gugur."
Peperangan memang telah usai namun cerita peperangan masih panas untung dikenang.
Para Prajurit mereka saling bercerita, berbagi pengalaman, dan menyombongkan diri mereka.
Kresna tersenyum melihat para prajurit Pandawa.
"Perang berakhir, tapi aura kemenangan masih hidup." ujar Arjuna.
"Arjuna, aku harus pergi," ujar Kresna.
"Kau baru sampai, ada apa terburu-buru?"
Kresna tersenyum pada Arjuna.
"Ada urusan lain yang harus aku selesaikan. Aku di sini untuk berpamitan."
"Kalau kau butuh bantuan, panggil kami." tawar Arjuna.
"Urusan ini tidak ada kaitannya dengan kalian, maka tetaplah menjadi cerita lain. Aku bisa menanganinya karena sudah tugasku sebagai titisan dewa."
Kresna tersenyum penuh makna.