Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Perjalanan naik tambang air menuju ibu kota Provinsi itu merupakan pengalaman yang sangat mengasyikan. Meskipun perjalanan itu membutuhkan waktu empat hari dan tiga malam nonstop, namun para penumpang yang jumlahnya ratusan itu sepertinya sangat menikmatinya.
Untuk mengisi waktu selama perjalanan panjang itu, para penumpang ada yang mengisinya dengan menikmati pemandangan di sepanjang pantai. Bahkan ada beberapa dari para penumpang yang kebetulan merupakan pasangan muda-mudi, naik ke atas atap motor tambang dan bercengkerama di sana.
Sudah beberapa kali Rony dan pasangannya mengocok daun gaplek itu. Keduanya selalu kalah dalam permainan ini. Pasangannya main gaplek ini dilihat dari wajah dan sikapnya adalah orang yang sangat terpelajar, tetapi kemampuan main gapleknya masih dibawah rata-rata. Sementara Rony jelek jelek begini pernah dua kali juara kecamatan sewaktu tujuh-belasan.
Tetapi orang tersebut sangat sabar, meskipun keduanya selalu kalah tetapi sikapnya sangat tenang. Wajahnya sama sekali tidak emosional seperti kebanyakan kebiasaan para pemain gaplek yang kalah.
“Tenang saja, Nak. Kocok saja. Kalah memang dalam permainan itu biasa,” desisnya pada Rony seraya keduanya bergiliran mengocok kartu. Terkadang Rony yang membagikan kartu, terkadang orangtua itu yang menyelinginya.
“Siap, Pak.” Sahut Rony memandang orangtua itu ramah.
Sebagai orang muda, Rony tentu saja merasa hormat dengannya. Apa lagi orang itu sepertinya begitu berwibawa. Hanya saja, herannya Rony tidak pernah terpikir untuk bertanya siapa gerangan orang itu dan dari mana asal-usulnya.
Meskipun kalah, anehnya orangtua itu sangat suka mengajak Rony menjadi pasangannya dalam bermain gaplek. Rony pun suka saja, apa lagi karena orang tua itu sepertinya sangat terpelajar dan berperilaku bukan seperti orang sembarangan.
Peristiwa permainan gaplek itu sudah lewat beberapa bulan yang lalu dan Rony pun sudah hampir melupakannya. Perjalanan Rony naik tambang air ketika itu adalah dalam rangka turun ke ibu kota provinsi untuk ikut tes masuk ke perguruan tinggi negeri.
Nasib baik berpihak kepada Rony, karena ternyata dia lulus masuk di Fakultas Keguruan. Pada hari itu dia sudah resmi menjadi mahasiswa baru. Pagi ini ada pengarahan dari kampus FKIP, karena hari ini adalah hari pertama mereka masuk kuliah.
Dengan seragam putih-putih dan jaket warna biru cerah, mereka semuanya masuk ke dalam aula kampus FKIP. Wajah-wajah berbahagia sebagai mahasiswa baru yang berhasil masuk setelah menyingkirkan saingan mereka yang begitu banyak, mereka duduk sambil berceloteh satu sama lain.
Rony sengaja memilih tempat duduk di bangku paling depan, karena dia mau dengan serius mendengarkan pengarahan itu. Setelah melalui beberapa prosesi acara, pembawa acara menyampaikan bahwa berikutnya akan ada pemaparan dari Dekan Fakultas KIP. Diminta kepada para mahasiswa baru itu untuk tertib dan tidak gaduh.
Seseorang dengan mengenakan stelan jas warna biru yang sangat rapi dan peci warna hitam memasuki ruangan. Sesampai di depan para mahasiswa, dia memandang ke sekeliling ruangan. Entah bagaimana, pandangannya tertumbuk kepada Rony yang duduk di depan. Orangtua itu lalu tersenyum, “Eh, lulus juga ya?” Sapanya ramah. Sehingga membuat bingung para mahasiswa lainnya. “Belajar yang fokus, ya!”
Tentu saja Rony terkejut bukan main. Rupanya pasangan main gapleknya di motor tambang tempo hari itu adalah Dekan FKIP ini. Pantas saja orangnya pada waktu itu terkesan sabar dan penuh wibawa.
***