Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sepadan
5
Suka
7,146
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kesal! Kesal! Kesal!

Coba bayangkan! Kamu sudah bekerja keras, tapi orang lain yang dapat kredit. Mending kalau orangnya memang lebih hebat dari aku; pegang word saja nggak bisa! Sombongnya bukan main! Sok pernah umroh tapi menghina orang seenaknya.

"Kamu belum umroh? Umroh dong, masa nggak bisa nabung. Oh iya ya, kau kan masih 3b, ya. Aku sih udah 3c. Beda level."

Bah! 3c dari mana? PTK aja pasti dapat nyolong! Nggak layak!

"Sudah, sudah," suamiku tersenyum menanggapi kembang kempis hidungku yang siap mengeluarkan api.

Aku menatapnya. "Kamu tahu tadi dia bilang apa?"

Suamiku mengangkat alis, menantangku mengatakannya.

"Dia bilang, 'Belajar nyetir, dong. Nih, nyetir mah modalnya cuma berani! Kasihan suami lo! Jemput lo tiap hari. Emang dia nggak kerja apa!"

Suamiku malah tersenyum makin lebar. "Hm, bagaimana kalau aku pegangi dia, terus kamu yang pukuli dia?"

Aku menatapnya tidak percaya. Ada elemen lucu dari perkataannya, tapi amarahku menyelubungi bak kabut beracun.

"Dengar, sayang. Kamu bisa saja berdoa supaya kebinasaan menimpa dia, tapi akankah sepadan?"

Aku rasakan rahangku mengeras saat keluar desah parau, "Ya, pasti."

Mendadak ponselku berbunyi. Dari seorang teman. Aku mengangkatnya.

"Lia, kamu sudah dengar? Bu Revi meninggal! Tabrakan!"

Kurasakan dadaku hampa secepat kibasan tangan. Dunia mendadak sunyi meski aku dengar suamiku bertanya. Tanganku kebas meski suamiku menuntunku untuk melayat. Seolah melayang meski tubuhku merapat punggung suamiku saat ia memacu sepeda motor.

"Akankah sepadan?"

Memang umur ada di tangan Tuhan, tapi layakkah terucap kebinasaan seberapapun kesalnya kita?

Ambulan meraung, membawa jenazah yang tak lagi sempurna, tapi samar di cakrawala perhatianku karena yang kulihat hanya suaminya yang berurai air mata sambil merangkul dua putri kecilnya yang menjerit, "Mama! Mama!"

Akankah sepadan?

Aku rasakan pundakku dirangkul. Suamiku tersenyum sedih.

"Maafkan aku...," desahku.

"Maafkan dia juga...."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@lirinkw : πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Ucapan adalah doa. Hati2. Eh penulisnya udh komen gitu di bawahku πŸ˜…
So the lesson is ... be very careful of what you wish for ... 😊
Kenapa kebinasaan dan tidak melarat aja? Kasihan yang ditinggal pergiπŸ₯Ί
Duh sedihhh
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
I ( Everything In My Life )
Liepiscesha
Cerpen
Natal tanpa Bunda
Rizky Siregar
Novel
Bronze
Memoar
Kurarin Arin
Flash
Bekal Makanan
Ifha Karima
Novel
SEPEREMPAT ABAD
Fiska Esi
Novel
Bronze
Writing is My First Love
d Curly Author
Novel
Bronze
Sujud Terakhir Bapak
Alfian N. Budiarto
Novel
Bronze
Scandal Para Pendosa
Hendra Irawan
Novel
SIGRAH
metanoia
Komik
The Old Man
KeLie
Novel
Bronze
Senja di Pendakian Terakhir
Randy Satrya
Novel
Di bawah Standar
Era Chori Christina
Novel
Bronze
Elegi 98
Sarwono
Novel
Bronze
Sebelum Mentari Tenggelam
Viona_kamiila
Rekomendasi
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
Bronze
FATEBENDER
DMRamdhan
Skrip Film
Ruang Rahasia Ibu
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
Korslet (Kisah Seputar Kopi dan Resleting)
DMRamdhan
Novel
Bronze
My Fair Rebelle
DMRamdhan
Novel
Ayat yang Tak Terucap
DMRamdhan
Novel
To Protect
DMRamdhan
Novel
Rumah Sang Bidadari
DMRamdhan
Novel
Flight of Birds
DMRamdhan
Novel
Bronze
Adolescent Crash
DMRamdhan
Novel
Bronze
Layang-Layang Putus Tak Pernah Salah
DMRamdhan
Flash
Resiko
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
PLAYBALL!!
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
History of A City
DMRamdhan
Flash
Glitch
DMRamdhan