Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sepadan
5
Suka
7,198
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kesal! Kesal! Kesal!

Coba bayangkan! Kamu sudah bekerja keras, tapi orang lain yang dapat kredit. Mending kalau orangnya memang lebih hebat dari aku; pegang word saja nggak bisa! Sombongnya bukan main! Sok pernah umroh tapi menghina orang seenaknya.

"Kamu belum umroh? Umroh dong, masa nggak bisa nabung. Oh iya ya, kau kan masih 3b, ya. Aku sih udah 3c. Beda level."

Bah! 3c dari mana? PTK aja pasti dapat nyolong! Nggak layak!

"Sudah, sudah," suamiku tersenyum menanggapi kembang kempis hidungku yang siap mengeluarkan api.

Aku menatapnya. "Kamu tahu tadi dia bilang apa?"

Suamiku mengangkat alis, menantangku mengatakannya.

"Dia bilang, 'Belajar nyetir, dong. Nih, nyetir mah modalnya cuma berani! Kasihan suami lo! Jemput lo tiap hari. Emang dia nggak kerja apa!"

Suamiku malah tersenyum makin lebar. "Hm, bagaimana kalau aku pegangi dia, terus kamu yang pukuli dia?"

Aku menatapnya tidak percaya. Ada elemen lucu dari perkataannya, tapi amarahku menyelubungi bak kabut beracun.

"Dengar, sayang. Kamu bisa saja berdoa supaya kebinasaan menimpa dia, tapi akankah sepadan?"

Aku rasakan rahangku mengeras saat keluar desah parau, "Ya, pasti."

Mendadak ponselku berbunyi. Dari seorang teman. Aku mengangkatnya.

"Lia, kamu sudah dengar? Bu Revi meninggal! Tabrakan!"

Kurasakan dadaku hampa secepat kibasan tangan. Dunia mendadak sunyi meski aku dengar suamiku bertanya. Tanganku kebas meski suamiku menuntunku untuk melayat. Seolah melayang meski tubuhku merapat punggung suamiku saat ia memacu sepeda motor.

"Akankah sepadan?"

Memang umur ada di tangan Tuhan, tapi layakkah terucap kebinasaan seberapapun kesalnya kita?

Ambulan meraung, membawa jenazah yang tak lagi sempurna, tapi samar di cakrawala perhatianku karena yang kulihat hanya suaminya yang berurai air mata sambil merangkul dua putri kecilnya yang menjerit, "Mama! Mama!"

Akankah sepadan?

Aku rasakan pundakku dirangkul. Suamiku tersenyum sedih.

"Maafkan aku...," desahku.

"Maafkan dia juga...."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@lirinkw : πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Ucapan adalah doa. Hati2. Eh penulisnya udh komen gitu di bawahku πŸ˜…
So the lesson is ... be very careful of what you wish for ... 😊
Kenapa kebinasaan dan tidak melarat aja? Kasihan yang ditinggal pergiπŸ₯Ί
Duh sedihhh
Rekomendasi dari Drama
Novel
Dear, diary
Liepiscesha
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
AKU KAMU BEDA YANG SAMA
Oktaviona Bunga Asmara
Novel
Bronze
Romantic Love Story #1
Khairul Azzam El Maliky
Cerpen
Bronze
KARAM
Ejas Intan
Cerpen
Bronze
Meja Makan
Susanti
Novel
Bronze
Satu Langit Dua Cerita (Kosakata Cinta di La Sorbonne)
Martha Z. ElKutuby
Flash
Pertemuan dan Perpisahan Terbaik
Eko Triono
Flash
Bronze
Don't Lose Yourself When You're Falling in Love
Silvarani
Novel
Gold
The Black Cat
Noura Publishing
Novel
Gold
The Age of Innocence
Mizan Publishing
Novel
Cerita Kopi
Annisa Diandari Putri
Flash
Bronze
Lari
Bakasai
Flash
Bronze
Joe Sang Kapten
Onet Adithia Rizlan
Flash
Bad Breath
Fann Ardian
Rekomendasi
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
To Protect
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
History of A City
DMRamdhan
Flash
Sejatinya Keindahan
DMRamdhan
Novel
Bronze
FATEBENDER
DMRamdhan
Flash
Cermin Waktu
DMRamdhan
Novel
Ayat yang Tak Terucap
DMRamdhan
Novel
Bronze
Layang-Layang Putus Tak Pernah Salah
DMRamdhan
Novel
Flight of Birds
DMRamdhan
Novel
Bronze
Adolescent Crash
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
Korslet (Kisah Seputar Kopi dan Resleting)
DMRamdhan
Cerpen
Akhir Sebuah Perang
DMRamdhan
Flash
Glitch
DMRamdhan
Novel
Bronze
My Fair Rebelle
DMRamdhan
Flash
Bersalah
DMRamdhan