Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sepadan
5
Suka
7,267
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kesal! Kesal! Kesal!

Coba bayangkan! Kamu sudah bekerja keras, tapi orang lain yang dapat kredit. Mending kalau orangnya memang lebih hebat dari aku; pegang word saja nggak bisa! Sombongnya bukan main! Sok pernah umroh tapi menghina orang seenaknya.

"Kamu belum umroh? Umroh dong, masa nggak bisa nabung. Oh iya ya, kau kan masih 3b, ya. Aku sih udah 3c. Beda level."

Bah! 3c dari mana? PTK aja pasti dapat nyolong! Nggak layak!

"Sudah, sudah," suamiku tersenyum menanggapi kembang kempis hidungku yang siap mengeluarkan api.

Aku menatapnya. "Kamu tahu tadi dia bilang apa?"

Suamiku mengangkat alis, menantangku mengatakannya.

"Dia bilang, 'Belajar nyetir, dong. Nih, nyetir mah modalnya cuma berani! Kasihan suami lo! Jemput lo tiap hari. Emang dia nggak kerja apa!"

Suamiku malah tersenyum makin lebar. "Hm, bagaimana kalau aku pegangi dia, terus kamu yang pukuli dia?"

Aku menatapnya tidak percaya. Ada elemen lucu dari perkataannya, tapi amarahku menyelubungi bak kabut beracun.

"Dengar, sayang. Kamu bisa saja berdoa supaya kebinasaan menimpa dia, tapi akankah sepadan?"

Aku rasakan rahangku mengeras saat keluar desah parau, "Ya, pasti."

Mendadak ponselku berbunyi. Dari seorang teman. Aku mengangkatnya.

"Lia, kamu sudah dengar? Bu Revi meninggal! Tabrakan!"

Kurasakan dadaku hampa secepat kibasan tangan. Dunia mendadak sunyi meski aku dengar suamiku bertanya. Tanganku kebas meski suamiku menuntunku untuk melayat. Seolah melayang meski tubuhku merapat punggung suamiku saat ia memacu sepeda motor.

"Akankah sepadan?"

Memang umur ada di tangan Tuhan, tapi layakkah terucap kebinasaan seberapapun kesalnya kita?

Ambulan meraung, membawa jenazah yang tak lagi sempurna, tapi samar di cakrawala perhatianku karena yang kulihat hanya suaminya yang berurai air mata sambil merangkul dua putri kecilnya yang menjerit, "Mama! Mama!"

Akankah sepadan?

Aku rasakan pundakku dirangkul. Suamiku tersenyum sedih.

"Maafkan aku...," desahku.

"Maafkan dia juga...."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@lirinkw : πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Ucapan adalah doa. Hati2. Eh penulisnya udh komen gitu di bawahku πŸ˜…
So the lesson is ... be very careful of what you wish for ... 😊
Kenapa kebinasaan dan tidak melarat aja? Kasihan yang ditinggal pergiπŸ₯Ί
Duh sedihhh
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Flash
Bronze
Upacara pagi pancasila
Rizky aditya
Novel
Bronze
Feeling with Heart
Dew
Flash
Mengasuh Anak Maduku
Mira Herani
Novel
The Liar and His Flower
Sf_Anastasia
Novel
Bagas Ayu... Puisi Jiwa untuk Cinta
Gie_aja
Novel
Singa yang Tersesat
diana primanita
Novel
Bronze
Mengunjungi Heri
Heri Winarko
Novel
Dream
Seftiana kurniati
Novel
Bronze
Daun-Daun yang Merayu Angin
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Mengaku Sultan
Herman Sim
Novel
Bronze
PEREMPUAN NAGA
Efi supiyah
Novel
Antara Kamu dan Guru BK
Mustofa P
Novel
Gold
3 Little Angels
Mizan Publishing
Novel
Bronze
REDEFINE
Agnes Wiranda
Rekomendasi
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
Flight of Birds
DMRamdhan
Novel
Ayat yang Tak Terucap
DMRamdhan
Flash
Bersalah
DMRamdhan
Flash
Cermin Waktu
DMRamdhan
Novel
Bronze
Adolescent Crash
DMRamdhan
Novel
Bronze
FATEBENDER
DMRamdhan
Flash
L'esprit de L'escalier
DMRamdhan
Novel
Bronze
My Fair Rebelle
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
PLAYBALL!!
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
Korslet (Kisah Seputar Kopi dan Resleting)
DMRamdhan
Flash
Resiko
DMRamdhan
Cerpen
Akhir Sebuah Perang
DMRamdhan
Novel
Rumah Sang Bidadari
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
History of A City
DMRamdhan