Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sepadan
5
Suka
7,197
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kesal! Kesal! Kesal!

Coba bayangkan! Kamu sudah bekerja keras, tapi orang lain yang dapat kredit. Mending kalau orangnya memang lebih hebat dari aku; pegang word saja nggak bisa! Sombongnya bukan main! Sok pernah umroh tapi menghina orang seenaknya.

"Kamu belum umroh? Umroh dong, masa nggak bisa nabung. Oh iya ya, kau kan masih 3b, ya. Aku sih udah 3c. Beda level."

Bah! 3c dari mana? PTK aja pasti dapat nyolong! Nggak layak!

"Sudah, sudah," suamiku tersenyum menanggapi kembang kempis hidungku yang siap mengeluarkan api.

Aku menatapnya. "Kamu tahu tadi dia bilang apa?"

Suamiku mengangkat alis, menantangku mengatakannya.

"Dia bilang, 'Belajar nyetir, dong. Nih, nyetir mah modalnya cuma berani! Kasihan suami lo! Jemput lo tiap hari. Emang dia nggak kerja apa!"

Suamiku malah tersenyum makin lebar. "Hm, bagaimana kalau aku pegangi dia, terus kamu yang pukuli dia?"

Aku menatapnya tidak percaya. Ada elemen lucu dari perkataannya, tapi amarahku menyelubungi bak kabut beracun.

"Dengar, sayang. Kamu bisa saja berdoa supaya kebinasaan menimpa dia, tapi akankah sepadan?"

Aku rasakan rahangku mengeras saat keluar desah parau, "Ya, pasti."

Mendadak ponselku berbunyi. Dari seorang teman. Aku mengangkatnya.

"Lia, kamu sudah dengar? Bu Revi meninggal! Tabrakan!"

Kurasakan dadaku hampa secepat kibasan tangan. Dunia mendadak sunyi meski aku dengar suamiku bertanya. Tanganku kebas meski suamiku menuntunku untuk melayat. Seolah melayang meski tubuhku merapat punggung suamiku saat ia memacu sepeda motor.

"Akankah sepadan?"

Memang umur ada di tangan Tuhan, tapi layakkah terucap kebinasaan seberapapun kesalnya kita?

Ambulan meraung, membawa jenazah yang tak lagi sempurna, tapi samar di cakrawala perhatianku karena yang kulihat hanya suaminya yang berurai air mata sambil merangkul dua putri kecilnya yang menjerit, "Mama! Mama!"

Akankah sepadan?

Aku rasakan pundakku dirangkul. Suamiku tersenyum sedih.

"Maafkan aku...," desahku.

"Maafkan dia juga...."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@lirinkw : πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Ucapan adalah doa. Hati2. Eh penulisnya udh komen gitu di bawahku πŸ˜…
So the lesson is ... be very careful of what you wish for ... 😊
Kenapa kebinasaan dan tidak melarat aja? Kasihan yang ditinggal pergiπŸ₯Ί
Duh sedihhh
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
Seperti udara
Ratnasari
Novel
Bronze
Jessica, Luka Yang Terpendam
Sofia Grace
Novel
Bronze
Aib anitaku
Yuwo
Novel
Bronze
Can't Stop
Siti Soleha
Novel
Bronze
Lipstik ~Novel~
Herman Sim
Novel
We School : Sesak
Putri Lailani
Komik
my SUPERMODEL lover
Ulivia Kartika
Novel
Bronze
Renjana pada Bahagia
Shaalila
Flash
Di Kala Senja dan Sebelum Senja Datang Kembali
Athar Farha
Novel
Bronze
Lukisan Jiwa Raga
DAMAIZANNE
Novel
Bridecov-19
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Gold
KKPK Menari di Pelangi
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Thongngin Fanngin Jitjong
Megumi
Novel
Bronze
Griseo
Syeren medyanto
Rekomendasi
Flash
Sepadan
DMRamdhan
Novel
Bronze
FATEBENDER
DMRamdhan
Flash
Cermin Waktu
DMRamdhan
Novel
Ayat yang Tak Terucap
DMRamdhan
Novel
Bronze
Layang-Layang Putus Tak Pernah Salah
DMRamdhan
Novel
Flight of Birds
DMRamdhan
Novel
Bronze
Adolescent Crash
DMRamdhan
Cerpen
Bronze
Korslet (Kisah Seputar Kopi dan Resleting)
DMRamdhan
Cerpen
Akhir Sebuah Perang
DMRamdhan
Flash
Glitch
DMRamdhan
Novel
Bronze
My Fair Rebelle
DMRamdhan
Flash
Sejatinya Keindahan
DMRamdhan
Flash
Bersalah
DMRamdhan
Flash
Resiko
DMRamdhan
Cerpen
Sang Pembisik
DMRamdhan