Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Ternyata Aku Masih
15
Suka
6,718
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Saat membersihkan gudang di belakang rumah, aku melihat kontainer kecil dipenuhi kaset bekas yang sudah beraroma tajam dan apak. Aku mengambil kaset-kaset itu, lalu menyusunnya satu persatu. Seketika, hatiku terjebak nostalgia. Aku menemukan album Jikustik—1000 Tahun dan Perjalanan Panjang, beberapa album KLa Project, dan diskografi lengkap Dewa 19, serta album kedua Padi. Aku jadi ingin mendengarnya lagi. Tetapi, aku tak punya pemutarnya. Tape recorder sudah menjadi barang antik di zaman sekarang.

Saat memilah-milah beberapa judul yang mungkin ingin aku simpan, aku terkejut menemukan kaset-kaset berkotak putih di dasar kontainer. Tertulis dua patah nama di sampulnya. Namanya dan namaku.

Dulu, saat masih duduk di bangku SMA, aku pernah bertukar buku harian dengan sahabatku. Dia perempuan mungil yang cantik, dengan wajah seteduh langit pukul enam pagi. Pita merah muda senantiasa menghias rambutnya. Di aula olahraga yang sepi, kami berbincang menghabiskan jam istirahat seraya menyatap bekal yang kami bawa dari rumah.

Pada suatu pagi yang sembap, sebelum pelajaran pertama dimulai dan gerimis turun membasahi pohon tanjung di depan jendela, dia duduk di sampingku, lalu memberiku sebuah kaset. Dia menyuruhku merekam apa pun di dalamnya—dan dia membalasnya dengan rekaman juga. Katanya, dia ingin kaset itu menjadi pelengkap buku harian yang sudah kami tulis dalam setahun.

Kami pun mengisinya dengan cita-cita, pembacaan puisi, kutipan buku, nyanyianku yang sumbang (dan tidak sebanding dengan suaranya yang indah), juga hal-hal yang biasa saja, tapi berarti pada akhirnya—seperti kenangan. Diam-diam aku menaruh hati kepadanya, tapi tak berani mengungkapkannya. Aku takut hubungan kami patah hanya karena hal sesepele cinta.

Aku tak mampu menahan senyum saat mengingat, dia begitu membenci Peterpan yang baru saja merilis album perdananya. “Namaku jadi macho gara-gara dibaca ‘Aril’,” keluhnya saat aku bertanya kenapa. Aku tertawa.

Kami cukup lama bertukar kaset, sampai dua sisinya habis, lalu bergantian membeli yang baru.

Pada pertengahan tahun, dia harus pindah karena sesuatu yang aku tak lagi ingat. Dia membiarkanku menyimpan kaset-kaset itu, dengan syarat aku harus merelakan buku yang aku tulis bersamanya. Pada hari perpisahan, aku menangis dan dia memberiku pelukan erat yang hangatnya masih tersisa hingga kini. Ternyata, aku masih mencintainya.

“Lagi apa?” sebuah suara mengejutkanku. Putri kecilku yang manis berdiri di depan gudang, “Main, yuk?”

Aku mengelap air mataku, lalu menghampirinya. “Boleh,” jawabku. “Mama ganti baju dulu ya, Ari-yel.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
persahabatan bagai kepompong
Eh..bukan mantan ya..sahabat rupanya. Aq terkecoh.
Selalu ada ruang untuk mantan mesti sedikit dan di sudut yang berdebu-debu.
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Novel
Torrie & the Prince
Bexsia
Novel
Bronze
Lovelush
Mzzulkarnaen
Novel
If You Were Him
Farahiah Almas Madarina
Novel
Bronze
Jika Berteduh Namun Tetap Basah
Juu Ajisastro
Novel
Bronze
PACAR VIRTUAL
Cia
Novel
Rumah
SavieL
Novel
Bronze
Hidup Tak Pernah Sederhana
Wiwit Widianti
Novel
Bronze
PLAGUE OF LOVE
Aria Adi Winata
Novel
Kakak Sahabatku
Sashio02
Novel
BYSTANDER
Ralali Sinaw
Novel
Thawiyyah
Daud Farma
Novel
Gold
Yasa
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
DARLINGTOWN
Rain Emmeline
Novel
COUPLE KASYA
Andini Maulidia
Rekomendasi
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar