Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Manusia Pertama
17
Suka
6,845
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Alam semesta masih muda ketika Ava, penghuni Negeri Utara, terjaga dari tidur panjangnya. Dia bukan Sang Wujud, melainkan sosok pertama yang mendiami sudut terjauh Era—sebuah tempat yang dilindungi empat pohon Fhana. Selain Ava, hanya ada pohon-pohon dan rerumputan, juga serangga-serangga kecil transparan yang sayapnya memantulkan kilau pelangi dalam siraman cahaya. Ava hidup sebatang kara dan berbicara dengan bahasa sebelum waktu—bahasa sunyi. 

Pepohonan di Negeri Utara tumbuh begitu lambat—tak kunjung menua meski pada batangnya melingkar usia yang merangkum begitu banyak peristiwa. Di antara semuanya, tak ada yang lebih agung dan menakjubkan dari pepohonan Fhana—atau pohon-pohon lupa. Semua yang terlahir di dunia pernah melihatnya, kau juga. Namun, ketika kau menerima uluran tangan takdir, ingatan saat kau berada di Negeri Utara langsung terkikis, lalu menguap—dan lenyap. 

Pepohonan Fhana tumbuh di empat titik di Negeri Utara. Di sisi barat, tempat Ava menetap, ada Vena. Di sisi timur, Deva. Di utara, Jiva. Di selatan, Raga.

Daun-daun pohon Vena berwarna putih, nyaris transparan, dengan sisi-sisi kelopak berkilau keemasan. Saat malam menjelang, daun-daun yang gugur memantulkan jalinan cahaya yang terangnya melampaui siang hari. Sebelum menyentuh tanah, daun-daun itu lenyap, lalu menjadi bintang-bintang di langit. Pohon Vena menciptakan terang di Bumi sebelum matahari lahir.

Suatu malam, di puncak pohon Vena yang menjulang nyaris menyangga langit, terjagalah sosok Peri yang sayapnya menyebarkan serbuk bintang saat dikepakkan. Ava begitu takjub memandangnya. Makhluk itu sangat berbeda dengan segala yang dia tahu. Dia tak seperti tumbuhan yang terpaku di tanah, juga tak mirip dengan hewan-hewan yang dia temui di seantero negeri. Karena lahir dari cahaya, Ava menamainya Lucy. 

Sesaat setelah matanya terbuka, Lucy berkata, “Sebentar lagi, Ava, menurut nubuat Sang Wujud, akan terlahir ciptaannya yang lain. Kalau kau menemuinya, namai dia Manusia. Dia bertugas merawat seisi Bumi.”

Mendengar nubuat Sang Wujud, Ava, bersama Lucy, untuk menyambut kedatangan Manusia, segera menyiapkan segalanya. Setelah waktu mengulum detik-detik, lalu memuntahkannya sebagai sejarah, tak ada yang menyadari, di sudut terjauh, Pohon Jiva—sang pemilik jiwa, memulai musim gugur. Kelopaknya yang dulu merekah, menguncup, seolah menolak tumbuh. Dari puncak pohon itu, lahirlah Matahari pertama yang mengisi kosongnya langit. Dia beredar mengitari Bumi, menerangi tanah, dan membuat makhluk yang sebelumnya terlelap, terjaga. 

Segera, Perempuan itu membuka matanya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Wow, kereeeen nihh... Fantasy yabg tersirat makna dalam
Rekomendasi dari Drama
Novel
SUNRISE
Kala Hujan
Flash
Jendela Bertumpuk
Seli Suliastuti
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
SELALU ADA RUANG UNTUK PULANG
Ifha Karima
Novel
Bronze
UNQUALIFIED
Putri Lailani
Novel
Baby Orca
Dianikramer
Flash
Banjir yang Tidak Jadi Datang
Art Fadilah
Novel
Gold
KKPK Me and My Cute Cat
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Bunga Tak Sempat Mekar
Shafura
Novel
Bronze
Lynn
Onet Adithia Rizlan
Flash
Dokumen Rahasia
Luca Scofish
Novel
Bronze
Arsa & Aleta
Clarecia Nathaniel
Flash
The Path to Become a Novelist
El Psycho
Novel
Taruhan
Nurul Fitria
Flash
Kembali
Arwis Pitha
Rekomendasi
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar