Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Tempat Cuci Piring
7
Suka
10,272
Dibaca

Tehkep ikut antrian pada saat makan siang diatas kapal sungai hari itu. Mereka menaiki tambang air atau biasa di sebut motor Bandung dengan tujuan Pontianak. Hal ini mereka lakukan karena jalan darat tidak bisa dilewati kendaraan, karena sedang musim hujan sehingga jalannya tergenang sangat dalam oleh serangan banjir dahsyat.

Dia naik ke kapal tambang ini hanya ikut-ikutan saja, karena dia sama sekali belum pernah ke Pontianak. Melihat kawan-kawannya begitu semangatnya turun kuliah, dia pun nekat juga meskipun uangnya hanya pas-pasan untuk biaya tambangnya saja. Ayahnya di kampung sama sekali tidak tahu jika dirinya ikut turun ke kota untuk melanjutkan sekolah.

Bagaimana kelanjutan urusannya di Pontianak dalam keadaan tidak mempunyai uang dan sama sekali tidak ada sanak family, nantilah dipikirkan, kata Tehkep dalam hatinya. Semenjak ibunya meninggal dunia dan hidup serta sekolahnya disupport oleh ayahnya saja. Maka Tehkep selalu berpikir singkat dan cenderung tidak perduli resiko. Mati hidup adalah urusanan Tuhan, sehingga membuatnya cenderung hidup nekat. Jika mati pun ya sudah, toh tidak ada manusia yang hidup abadi.

Meskipun Tehkep melihat porsi nasi dan sayur untuknya sepertinya sangat sedikit untuk ukuran kebiasaan makannya, tetapi karena melihat yang lainnya juga mendapatkan porsi dengan ukuran yang kurang lebih sama, maka diapun diam saja.

Hanya saja hal yang mengherankan Tehkep adalah semua piring dan gelas yang mereka gunakan semuanya terbuat dari plastik tipis. Baik piringnya begitu juga cangkir untuk mereka minum. Sungguh sangat pelit pemilik tambang ini, pikir tehkep. Massa semua piring dan cangkir untuk penumpang dibelikan dari plastik? Sangat tipis lagi.

Namun Tehkep tidak mau memikirkannya lebih jauh lagi, karena perutnya sudah berdendang. Dia melahap makanannya hanya dalam waktu singkat, karena porsi yang didapatnya itu kurang lebih seperempat saja untuk kebiasaan makannya. Hingga dia sama sekali tidak merasa kenyang. Tapi masalah menahan lapar baginya bukanlah persoalan, karena sudah terlalu sering dirinya sampai lima hari tidak merasakan sebutir nasipun.

Sesuai kebiasaan yang selalu diterapkan oleh almarhumah ibunya, maka begitu selesai makan Tehkep membawa piring dan cangkirnya itu ke arah dapur atau tempat cucian yang sempat dilihatnya tadi sewaktu ke WC.

“Eh, mau di bawa kemana piringnya?” Tanya seorang penumpang ketika melihat kelakuan Tehkep.

“Ke tempat cucian.”

“Oh, salah itu!”

“Kok salah?”

“Bukan di sana tempat mencucinya...”

“Memangnya di mana?”

“Apakah kamu baru kali ini naik tambang air?” tanya orang itu lagi.

“Ya.”

“Oh, begitu. Sini saya ajarkan!” katanya sambil mengambil piring plastik dan gelas plastik itu dari tangan Tehkep lalu kemudian melemparkan piring dan gelas itu ke sungai.

“Eh? Kok begitu?” Tanya Tehkep kebingungan.

“Saya kasi tahu kamu, begitulah cara mencuci piring di motor Bandung itu. Tempat mencucinya ya di sungai.’

“Tapi...Tapi kan sayang...”

“Aaahh. Jangan dipikirkan. Seberapalah harganya piring plastik tipis begitu bagi pemilik motor Bandung ini,” kata orang itu.

Tehkep tentu saja kebingungan. Menurutnya hal demikian adalah suatu pemborosan dan polusi. Kalau hanya satu orang saja sih iya, tapi bayangkan kalau seratus orang dikalikan 30 hari dikalikan 12 bulan dikalikan sepuluh tahun. Tidak bisa dibayangkan berapa harga yang harus dikorbankan. Belum lagi sampah plastik yang menumpuk disungai dan akhirnya hanyut kelaut.

 

***

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Tempat Cuci Piring
Yovinus
Novel
Diskoneksi
Lovaerina
Novel
Bronze
Can I?
Bluerianzy
Novel
SANDWICH
Charlotte Diana
Novel
Tidak Ada Desember Tahun Ini
dey
Novel
Goresan Pena Azmia (catatan kecil Bram)
R Hani Nur'aeni
Novel
Bronze
Puri Setan dan Penghuninya yang Pernah Jatuh Cinta
romaneskha
Novel
Bronze
Halusinasi Luka
Ara Segara
Cerpen
Rumah Kedua
Dede Yusuf Iskandar
Novel
Bronze
Sesat Club
Nu
Novel
Bronze
Boys Shouldn't Cry
Ekkrisline
Novel
Spektrum
Akira Q
Novel
Bronze
Pertemuan Dua Anak di Pekuburan
Ari Keling
Novel
Bronze
Air Mata Sahara
Tri Suci Maryam
Novel
Gold
PBC Aviredie
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Tempat Cuci Piring
Yovinus
Cerpen
Pak Khairul dan Ayam-Ayamnya
Yovinus
Novel
Ehing Boburing Bullou
Yovinus
Cerpen
Mulut Mu Adalah Harimau Mu
Yovinus
Novel
Orang Orang Di Atas Angin
Yovinus
Novel
Integritas Penyelenggara Pemilu
Yovinus
Cerpen
Menahan Diri Dari Maksiat
Yovinus
Flash
Buah Langsat Gratis
Yovinus
Cerpen
Membeli Mobil Dengan Air Liur
Yovinus
Flash
Sembilan Ribu Bintang
Yovinus
Cerpen
Bronze
Para Sultan Jalanan
Yovinus
Flash
Bronze
Melahirkan Di Motor Bandung
Yovinus
Flash
Selamat Ulang Tahun
Yovinus
Flash
Bronze
Tukang Emas Jadi Developer
Yovinus
Novel
Peti Mati Suruhan
Yovinus