Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Glitch
3
Suka
6,460
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Glitch

Aku dan pacarku mendaki Gunung La. Aku ingin sekali membunuhnya hari ini. Setiap kali aku melihat jurang, setiap kali dia berdiri di sampingku, ketika dia di belakangku untuk menjagaku agar tidak jatuh, aku ingin sekali mejatuhkannya ke dalam kegelapan.

Aku membencinya?

Tidak. Aku hanya ingin membunuhnya. Pernah suatu kali aku katakan padanya, “Ayolah, katakan bahwa kamu ingin berselingkuh, aku tak ingin kamu menjadi manusia setia seumur hidupmu. Lakukan, agar ada sesuatu yang bisa kita pertengkarkan.”

Perkataanku malah mengundang senyum di wajahnya. Lalu, aku muak dengan senyumannya.

Perjalanan naik bukit kami lalui saat gerimis, membuat baju kami basah. Ketika hujan reda, kami harus ganti pakaian supaya tidak masuk angin. Aku mengganti pakaianku di balik semak dan saat itu kuminta pacarku untuk berjaga. Aku berdiri menghadap jurang sambil melepaskan helai demi helai pakaian basah dari tubuhku. Sambil berganti pakaian, aku melihat pemandangan. Aku melihat langit.

“Kenapa kau begitu tenang setelah menurunkan gerimis yang sempat membuatku gelisah? Apa begitu caramu membangkitkan perasaan-perasaan gelap dari kedalaman alam bawah sadar manusia?” hatiku berkecamuk, protes pada semesta.

Lalu aku melihat pacarku, siluetnya kelihatan di antara tanaman perdu yang kujadikan pagar penutup tubuhku selagi aku ganti pakaian. Dia sedang berdiri memunggungiku dan dia sudah ganti pakaian. Aku melihat punggungnya yang kotak, di balik pakaiannya ada tulang yang kokoh dikelilingi oleh otot-otot kuat yang dijaganya dengan olahraga teratur. Keteraturannya dalam menjaga kesehatannya membuatnya hampir tidak pernah sakit seumur hidup kecuali jika terjadi suatu kecelakaan di luar kendalinya. Dia punya jadwal teratur untuk makan, olahraga, bekerja, dan tidur.

Tatapanku turun ke pinggangnya, ada bagian empuk yang bisa kujadikan sasaran ujung pisau. Pinggang itu yang jadi kebanggaannya. Dia menjaganya agar tetap berada di ukuran yang selalu diidam-idamkannya. Dia tidak pernah mau kehilangan ukuran perfect baginya yang didapatnya dengan latihan rutin itu.

Aku muak dengan rutinitas dan perfectionismenya. Karena itu, aku berencana membunuhnya hari ini. Segera setelah aku menikam ginjal dan jantungnya dengan pisau, tempat ini menjadi bukit berdarah.

Dia yang kebingungan menatapku dengan marah lalu membalas dendam, akhirnya terjadi pertumpahan darah di antara kami, lalu dia mati di tanganku. Betapa melegakan jika aku juga ikut bersimbah darah dan kemudian mati. Aku ingin pergi ke tempat yang berbeda dengannya. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Bahkan jika ada kehidupan selanjutnya setelah kematian, aku tidak ingin berjumpa dengannya. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Glitch
mutaya s
Novel
Obsesi
Hakim Irham
Novel
TRIAD
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
Bunga Darah di Malam Anyir
Wirdatun Nafi'ah
Novel
Mark The Dates
Noor Cholis Hakim
Flash
Text Message
Fann Ardian
Novel
Gold
Frankenstein
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Death Pictures
Herman Sim
Novel
Bronze
Hari Pertama Sekolah
Mario Matutu
Flash
Aging
aoillies
Novel
Bronze
Cawan Kosong
Celica Yuzi
Novel
Am I a Monster?
sintia indrawati
Flash
Berbahagialah,
Bintang Redup / Amanda Kartika
Novel
Unfinished Business
Devita Lomena
Novel
Bronze
Dua Sejiwa
hyu
Rekomendasi
Flash
Glitch
mutaya s
Novel
Bronze
Siapa "Aku" Sebenarnya?
mutaya s
Novel
Bronze
Supranatural Experience 1998
mutaya s
Flash
Pertengkaran (unfaedah) Politik
mutaya s
Flash
One Night Stand
mutaya s
Flash
Sesuatu yang Tak Dimiliki Pak Guru
mutaya s