Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Inikah yang kamu sebut persahabatan? Apa tidur dengan calon suami sahabatmu sendiri, itu yang kamu sebut persahabatan?" teriak Delia.
"Dan kamu! Apakah ini yang kamu bilang cinta? Apakah ini yang kamu bilang keseriusan?" tambahnya menatap lelaki berada di balik selimut bersama perempuan tampak terkejut.
"Kalian tak lebih dari sampah!" teriak Delia, melepaskan cincin pertunangan dan melemparkannya ke arah ranjang.
"Delia!" teriak Arman berusaha mencegah.
"Arman, jangan. Biarkan dia pergi," ucap Rina menahan.
"Lepas!" tepis Arman cepat.
Tergesa-gesa lelaki itu mengenakan celana di atas lantai, mengejar kemana langkah Delia pergi. Tanpa sebuah kaos menutupi bagian dada, Arman menarik cepat lengan dari seorang perempuan telah sampai pintu dan siap membuka.
"Aku bisa jelasin semuanya, ini semua salah paham!" kata Arman.
"Wah, salah paham yang nikmat. Sungguh luar biasa!" sahut Delia.
"Delia, aku harus apa biar kamu bisa percaya? Tolong dengar penjelasan ku, aku cuma cinta sama kamu. Dia yang udah rayu aku," kata Arman coba menjelaskan.
"Pergilah, karena itu yang terbaik. Aku tak membutuhkan kepalsuan darimu!" ucap Delia mantap.
Perempuan itu melangkah pergi usai pintu ia buka dan menepis kasar tangan pada lengannya. Tertegun lelaki masih sangat mencintai, dia tak ingin kehilangan namun kesalahan telah diperbuat tanpa sebuah pemikiran di awal. Berpikir jika semua tak akan pernah diketahui, menjalani saja bersama seseorang yang rela memberikan tubuh tanpa sebuah ikatan lebih dulu.
Arman bingung, dari mana Delia bisa tahu semua ini. Segelas air di siram padanya bersama Rina ketika terlelap tadi, menyadarkannya cepat bersama Rina yang juga terkejut hebat. Tubuh hanya berlapis selimut bersama perempuan telah berulang kali dinikmati, begitu tahu perempuan akan dinikahi satu Minggu lagi itu berdiri di samping ranjang kamar apartemennya.
Untung saja Delia tahu akan hari ini, kalau tidak, maka entah apa yang akan terjadi dengan pernikahannya nanti. Delia berterima kasih, walau hatinya juga sangat terluka. Bukan tentang lelaki yang dicintai sudah menghabiskan malam bersama perempuan lain, tapi tentang siapa diri perempuan itu sendiri.
Dia adalah sahabat terbaik bagi Delia, dia adalah orang yang telah di anggap sebagai saudara kandung sendiri karena hubungan yang terjalin selama delapan tahun lamanya. Luka itu semakin menjadi ketika harus mengetahui fakta tentang sahabatnya, yang ternyata mencintai calon suaminya.
Ya, Delia mengetahui jika Rina mencintai Andra dari teman lain yang kerap melihat keduanya bersama. Hubungan itu ternyata sudah terjalin dibelakangnya cukup lama, namun baru diketahui oleh Delia dari orang yang juga memberitahu tentang sebuah malam indah dilalui oleh sahabat juga lelaki telah melamarnya di depan keluarga besar.
Delia terpukul, hatinya terluka. Bagai tersambar petir di siang hari, hatinya runtuh layaknya sebuah bangunan terguncang gempa. Air mata mengiringi langkahnya dalam luka hati terdalam, semua itu tak bisa untuk disembunyikan walau tak memungkiri betapa beruntungnya ia akan fakta terungkap sebelum hubungan sampai di gerbang pernikahan.
Akan tetapi, satu yang membuatnya bingung kini. Bagaimana cara mengatakan pada keluarga, bagaimana cara menghentikan pernikahan agar tak sampai terjadi. Dia meminta pada Tuhan agar membantunya, menunjukkan semua tanpa kekurangan di depan keluarga agar pernikahan tak perlu dilaksanakan dalam kepalsuan tanpa sebuah ketulusan. Karena pernikahan bukanlah sebuah permainan kehidupan.