Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Toxic Words
9
Suka
6,700
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Setelah meninggalkanmu untuk ta'aruf dengan cewek lain?! Goblok kalau kamu terima lagi!" Arya, lelaki itu, entah mengapa harus mengucap sumpah serapah kala mengomentari sesuatu. Kadang-kadang sang perempuan jadi terbawa,

"Tapi aku cinta dia, Nyet!"

"Dasar bego emang. Padahal gantengan aku juga kemana-mana." Lalu mereka tertawa bersama. Entah kata siapa, persahabatan tertinggi dinilai saat kalian bisa saling memaki tanpa saling tersinggung.

Kemudian mereka menikah. Loh, bagaimana bisa? Oh, itu bagian yang panjang untuk diceritakan. Yang penting hari-hari mereka penuh bahagia. Setidaknya untuk tahun pertama. Hingga seorang bayi lahir ke dunia. Perempuan itu, kerapkali melakukan kesalahan dalam proses adaptasi. "Gimana sih kamu ini?! Ngurus anak saja ga becus! Nangis terus!"

"Aku sudah bilang cepetan, bego! Tiap hari aku telat ke kantor gara-gara kamu!"

Perempuan itu, hancur hatinya. Tak ingat lagi teori persahabatan tertinggi. Sekali dua kali, masih masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Namun sekalipun dulunya ia digolongkan 'anti baper-baper club', hormon kehamilan membuatnya takluk. Perasaannya sensitif bagai kaca yang mudah retak. Ia membalas lebih sengit. "Kamu pikir kamu pasangan paling becus di dunia? Mantan-mantanmu minggat karena ga tahan! Dasar looser! Shit!" Pertengkaran demi pertengkaran tak terelakkan. Mereka menanam kebencian, saling tatap penuh dendam. Berbulan - bulan.

Hingga suatu ketika, perempuan itu mulai menyadari, apa yang salah dalam pernikahannya selama ini. "Ga lulus lagi? Abang-abangmu bisa lulus PNS dengan sekali tes!"

"Abang-abangmu setahun menikah itu sudah punya rumah dan mobil, Arya! Kamu masih ngontrak saja, benar-benar bikin malu Mami!" Intervensi yang menyebabkan krisis kepercayaan diri. Lelakinya tertekan, dan menjadikan dirinya pelampiasan. Lambat laun mengamati pola asuh ibu mertua, dia pun mengerti. Memang tak mudah menikahi lelaki yang mengungkap kekhawatirannya dengan amarah, memberi semangat lewat toxic words, yang kata-katanya mengangakan luka. Namun setidaknya ia jadi banyak belajar, bagaimana mendidik anak-anaknya kelak. Dengan memperbaiki lisannya terlebih dahulu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Toxic Words
Rahmatul Husni
Cerpen
Bronze
Si Jomblo yang Beruntung
ARYA SIDIQ
Novel
Gold
Tujuh Puisi Cinta Sebelum Perpisahan
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Kiat Sukses Wawancara Kerja
Sulistiyo Suparno
Novel
Sosmed, I'm Falling Love
Vsiliya Rahma
Novel
Bronze
Stevie: Sebuah Catatan Remaja Biasa
Nadya Wijanarko
Novel
Bronze
I Love You, Mom
Deianeira
Novel
SKACHERY
Hasna Khairunisa
Novel
Bronze
"Tuhan, Aku Capek..."
Diaksa Adhistra
Flash
Bronze
FOTO PROFIL
Dzakayfat Aizawa
Novel
Bronze
Dilema Istri Pengganti
Aydhaa Aydhaa
Cerpen
Bronze
Percakapan Enam Meter Persegi
Gin Teguh
Novel
Bronze
A STORY LOVE AND DUTY
Soelistiyani
Flash
Akhir Kehidupan
Wilis Juharini
Novel
Gold
KKPK Happy Camp
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Toxic Words
Rahmatul Husni
Flash
Talak Tiga
Rahmatul Husni
Flash
Pulkam
Rahmatul Husni
Novel
Suami Terbaik
Rahmatul Husni
Flash
The Florist
Rahmatul Husni