Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Toxic Words
10
Suka
19,576
Dibaca

"Setelah meninggalkanmu untuk ta'aruf dengan cewek lain?! Goblok kalau kamu terima lagi!" Arya, lelaki itu, entah mengapa harus mengucap sumpah serapah kala mengomentari sesuatu. Kadang-kadang sang perempuan jadi terbawa,

"Tapi aku cinta dia, Nyet!"

"Dasar bego emang. Padahal gantengan aku juga kemana-mana." Lalu mereka tertawa bersama. Entah kata siapa, persahabatan tertinggi dinilai saat kalian bisa saling memaki tanpa saling tersinggung.

Kemudian mereka menikah. Loh, bagaimana bisa? Oh, itu bagian yang panjang untuk diceritakan. Yang penting hari-hari mereka penuh bahagia. Setidaknya untuk tahun pertama. Hingga seorang bayi lahir ke dunia. Perempuan itu, kerapkali melakukan kesalahan dalam proses adaptasi. "Gimana sih kamu ini?! Ngurus anak saja ga becus! Nangis terus!"

"Aku sudah bilang cepetan, bego! Tiap hari aku telat ke kantor gara-gara kamu!"

Perempuan itu, hancur hatinya. Tak ingat lagi teori persahabatan tertinggi. Sekali dua kali, masih masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Namun sekalipun dulunya ia digolongkan 'anti baper-baper club', hormon kehamilan membuatnya takluk. Perasaannya sensitif bagai kaca yang mudah retak. Ia membalas lebih sengit. "Kamu pikir kamu pasangan paling becus di dunia? Mantan-mantanmu minggat karena ga tahan! Dasar looser! Shit!" Pertengkaran demi pertengkaran tak terelakkan. Mereka menanam kebencian, saling tatap penuh dendam. Berbulan - bulan.

Hingga suatu ketika, perempuan itu mulai menyadari, apa yang salah dalam pernikahannya selama ini. "Ga lulus lagi? Abang-abangmu bisa lulus PNS dengan sekali tes!"

"Abang-abangmu setahun menikah itu sudah punya rumah dan mobil, Arya! Kamu masih ngontrak saja, benar-benar bikin malu Mami!" Intervensi yang menyebabkan krisis kepercayaan diri. Lelakinya tertekan, dan menjadikan dirinya pelampiasan. Lambat laun mengamati pola asuh ibu mertua, dia pun mengerti. Memang tak mudah menikahi lelaki yang mengungkap kekhawatirannya dengan amarah, memberi semangat lewat toxic words, yang kata-katanya mengangakan luka. Namun setidaknya ia jadi banyak belajar, bagaimana mendidik anak-anaknya kelak. Dengan memperbaiki lisannya terlebih dahulu.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Metamorfosis²
Jia Aviena
Flash
Toxic Words
Rahmatul Husni
Flash
A Better Place For
Leaf
Cerpen
Bronze
Cerita Tukang Sulap dan Ibu yang Mencari
Habel Rajavani
Novel
Eyes
Cumiplutoo
Novel
Broken
Septiyan Wulandari
Skrip Film
Surat dari Laut
Cahaya Muslim Prima Syam
Flash
Bronze
Yang Kau Sebut Rumah
Febby Arshani
Flash
Percakapan Dua Ikan Kecil
Fatimah Ar-Rahma
Cerpen
Bronze
WIWIK KEPLE
Eko Sam
Cerpen
Bronze
Untuk Ku Yang Menginginkan Kebahagiaan
Selene Praba
Cerpen
Bronze
Future
desi lestari
Novel
Bronze
Simfoni Hitam
Fatma Hida
Novel
Misogini
Elisabeth Purba
Skrip Film
Sakura Barcelona
Yesno S
Rekomendasi
Flash
Toxic Words
Rahmatul Husni
Flash
Talak Tiga
Rahmatul Husni
Flash
The Florist
Rahmatul Husni
Flash
Pulkam
Rahmatul Husni
Novel
Suami Terbaik
Rahmatul Husni