Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Aksi
Pahlawan Tanpa Sejarah
41
Suka
9,422
Dibaca

Bandoeng, 17 Agoestoes 1945

Kekasih hati pulang dalam patah hati. Pulang merantau dengan hati yang kacau. Suaranya parau, mulutnya meracau—menangisi pujaan hatinya yang hampir mati menginjak ranjau.

Tentara bujang terkapar di atas ranjang. Badannya meriang kesakitan, kehilangan satu kakinya yang jenjang.Nasibnya buat risau kekasihnya tersayang.

"Djangan berdoeka wahai adinda,kakanda maloe dengan kawankoe jang soedah tiada. Kita haroes bersoeka tjita, sebentar lagi negeri kita merdeka."

"Merdeka!" teriak Adinda dengan lantang.

Biarlah kami djadi pedjoeang, teroes berdjoeang bertoempah darah soepaja bangsakoe tidak di djadjah, serta hartakoe tidak di djarah.

Pengorbanankoe hanjalah sedjarah jang kan djadi berkah toek anak bangsakoe tjang hidoepnya tjerah.

Bandung 17 Agustus 2021

Kekasihnya sudah tiada, kini dia sebatang kara. Veteran tua berkaki pincang berjalan bersama cicitnya yang manja, menyusuri mendungnya jalanan Bandung yang kini telah berubah. Sepoian angin membawa sejarah : dulu jalanan penuh darah, kini jalanan penuh mobil mewah.

Mereka duduk di tepi jalanan dekat Gedung Sate. Tentara bujang yang dulu perkasa, kini menua menuju binasa : mukanya tirus, badannya kurus, begitu dekil bagai tak terurus. Tangannya begitu serius, membuka dua karet gelang berisi nasi bungkus. Kini, dia sibuk menyuapi cucunya yang rakus.

Pandangannya lurus menatap bendera pusaka yang dikibarkan angin. Bibirnya mengucap merdeka walau hidupnya penuh duka. Tetap hormat ke bendera pusaka, walau semua kawannya telah tiada.

Mata si kakek mulai menyipit melihat Indonesia mulai bangkit. Gedung-gedung mencakar langit, gunung-gunung mulai menjerit melihat manusia yang mulai tulalit. Tiktokan di tengah jalan sambil komat-kamit, berjungkit-jungkit kayak jin iprit. Tak tahu malu tapi bikin malu. Demi viral hilang akal, demi makan saling memakan.

Bocah kecil gundah gulana memandang paras uyutnya yang hidup merana. Kata ayahnya uyutnya pahlawan, tapi si cucu masih penasaran : Bagaimana bisa uyutku yang jangkung mantan seorang pelindung? tiada namanya di buku sejarah, tiada patungnya di jalanan Bandung, hidupnya pun kurang beruntung, terlantar di jalanan, sering di rundung.

"Uyut pahlawan bukan sih?" cucunya tiba-tiba bertanya.

"Memangnya kenapa Bagus?" si uyut penasaran.

"Aku malu punya kakek tukang sampah. Kawan kelasku selalu menertawakan. 'Bau sampah' katanya."

"Bagus itu. Artinya mereka masih bisa mencium, hidungnya masih berpungsi."

"Ih, eyang mah gitu!" gerutu si bocah.

"Jangan berduka wahai penerus bangsa. Bersyukurlah sudah merdeka. Merdekakan hatimu dari rasa benci. Kita bukanlah koloni yang tak punya nurani."

"Aku perlu bukti. Supaya mereka bungkam, berhenti merendahkan engkau." cicitnya melanjutkan, "Pak Sukarno punya Proklamasi. Bunda Kartini punya emansipasi, lalu bagaimana denganmu? Kakimu dimutilasi, bersusah payah demi sesuap nasi. Gaji kecilmu tak pernah cukup untuk dirimu yang telah lama hidup."

"Hahaha."veteran tua tertawa renyah.Dia mencubit pipi cicitnya lalu berkata, "Kalo begitu jadilah sejarawan. Ceritakan kisahku pada para bangsawan yang menawan, supaya para pahlawan jadi jutawan. Ceritakan juga ke politisi supaya hartaku tak dikorupsi, dan semua pahlawan perutnya berisi."

"Merdeka!"ucap cicitnya sambil hormat.

Veteran tua menyimpan nasi bungkusnya,tangan keriputnya memegang pundak cicitnya yang murka, lalu ia bersabda,"Abaikanlah para sampah, jangan biarkan hatimu terjajah. Syukuri hidupmu, sembahlah Tuhanmu. Jadilah penerus bangsa yang punya cinta dan cita-cita. Syukurilah hidupmu yang penuh berkah. Lukiskanlah sejarah yang indah karena engkau adalah anugerah.Cukuplah aku saja yang jadi pahlawan tanpa sejarah."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Ceritanya sangat menarik! tapi sayangnya kata "di djadjah" & "di djarah" setahu saya untuk "di"nya itu digabung jadi "dijajah". Atau mungkin memang seperti itu penulisan dalam bahasa Indonesia lama?
Akoe tjapek batjannja. Hmmm.
So good kk đź‘Ź
Diksinya bagus banget, semangat berkarya terus, Kak :)
Makasih ka, kita sama sama mendoakan.
Jadi sedih :(. Semoga Indonesia terus membaik. "Pahlawan Tanpa Sejarah" layak menang, Aamiiin.
Doain ja bisa menang, dan dibuat versi novel.
Thanks bro
Rekomendasi dari Aksi
Flash
Pahlawan Tanpa Sejarah
Alwinn
Cerpen
Bronze
Siapa Penjahat Sebenarnya?
MONSEUR
Flash
Pemuda di Ruang Rapat
Drew Andre A. Martin
Novel
Bronze
LEGION : UNKNOWN KNIGHT
Delta
Cerpen
Bronze
Kebal Peluru
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Hampir Mati
Nurul Adiyanti
Novel
Bronze
MAHAWIRA
el
Novel
Bronze
Ksatria Nevkhadda
JWT Kingdom
Novel
KEDOK GEMBONG
Hernika Patmawati
Flash
Bronze
Gandewa
Ravistara
Flash
Yang tak nyata
Suyanti
Flash
SEMU
Melani Kartika Sari
Flash
Bronze
ASAL USUL LINTAH DARAT DAN LINTAH AIR
Flora Darma Xu
Cerpen
Aksara dan Visual Dalam Desa
Adam Nazar Yasin
Flash
Mystery Box
Dwi Kurnialis
Rekomendasi
Flash
Pahlawan Tanpa Sejarah
Alwinn
Novel
Aku Cinta Kita Dan Bandung
Alwinn
Flash
Curahan Hati Sebutir Nasi
Alwinn
Flash
Jangan Panggil Saya Monyet
Alwinn
Novel
Bronze
Anak-anak Surya : kisah anak bangsawan dan nostalgia 90an
Alwinn
Flash
Sepotong Coklat Untuk Kau Di Surga
Alwinn
Novel
Selatan : Sebelas Anak Sultan
Alwinn
Skrip Film
KAMULAH SURGAKU (SCRIPT)
Alwinn
Flash
Kisah Untuk Dia
Alwinn
Flash
Sebelum Aku Mati ( My Suicide Story)
Alwinn
Flash
Kakek Uranus : Lelaki Tua VS Kucing Gila
Alwinn
Novel
Istriku Hamil Anak Raja Jin
Alwinn
Flash
Seribu Jam Bersama Kwikku
Alwinn
Flash
Lihat Dengar , Rasakan ( Sepucuk Kisah Untuk Bunda )
Alwinn
Flash
Mimpi Seribu Perak : Arti Sukses Yang Sesungguhnya.
Alwinn