Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
LONCENG KEMATIAN
5
Suka
9,476
Dibaca

Kho Bing Ong melangkah berat menuju lubang bilik berjeruji besi. Di luar sana, ekor matanya segera hinggap pada lalu-lalang prajurit VOC yang sibuk mengepulkan asap rokok, mondar-mandir di sepanjang lorong, menyeret-nyeret langkah mereka seperti bayi kurus.

Tibalah detik-detik eksekusi untuk menjemput nyawa dari sang pesakitan. Dan pagi itu, dari jauh, sayup-sayup terdengar suara langkah kaki, decit sepatu, berpasang-pasang, tetapi teratur. Semakin lama semakin keras, semakin dekat, menggema di segenap tembok lorong penjara.

Berpasang-pasang mata dari balik jeruji besi memandangi mereka dengan penuh tanda tanya, siapa lagi pagi ini yang akan menemui takdirnya untuk memenuhi panggilan sang lonceng kematian. Soli Deo Gloria, begitulah orang-orang Belanda biasa menyebut lonceng itu. Hingga semua suara sepatu itu berhenti tepat di depan pintu bilik penjara Kho Bing Ong.

Kho Bing Ong, sang kapitan Tionghoa yang ditangkap karena dituduh melakukan pemberontakan terhadap pemerintah VOC di Batavia, setelah peristiwa pembantaian etnis Tionghoa di Kali Angke, 1478.

Sesaat kemudian sayup-sayup terdengar suara lonceng dari menara Stadhuis, merupakan panggilan kematian, pertanda ada tahanan yang akan dieksekusi mati.

Dengan kepala tertutup kain hitam, Kho Bing Ong digiring meninggalkan bilik penjara menuju lapangan eksekusi. Para warga yang sudah berkumpul di lokasi eksekusi pun terdiam seribu bahasa.

Sementara itu di dalam kamar, nampak seorang gadis Belanda mondar-mandir, sambil sesekali pandangannya mengarah ke luar. Dari balik jendela kamarnya, dia memperhatikan suasana lapangan Stadhuis.

Dan saat terdengar suara lonceng menara dibunyikan, seketika itu hatinya mendadak gelisah dan takut. Terbayang dalam benaknya, kekasihnya harus meregang nyawa di tiang gantungan.

Dalam kegalauannya, gadis itu terduduk lemas, bersimpuh di samping ranjang. Dengan kepasrahan, menurut keyakinannya sebagai penganut Kristen, dia mulai mengucapkan bai-bait doa kepada Tuhannya.

“Atas nama Bapa di syurga, Tuhan salahkah jika aku mencintainya. Apakah semua perbedaan ini harus memisahkan cinta kami. Mengapa cinta kami harus berakhir di ujung kematian." tangisnya dalam doa.

Dengan iringan suara langkah sepatu-sepatu pasukan yang berbaris di belakangnya, menimbulkan irama yang teratur bak musik pengiring kematian.

Kho Bing Ong segera menaiki panggung eksekusi. Sekarang nampak di hadapannya sebuah tiang gantungan yang kokoh tegak berdiri bagaikan sang dewa pencabut nyawa. Tali yang kuat telah disiapkan di tiang gantungan seolah siap menyambutnya.

Tiba-tiba terjadi kegaduhan dari dalam salah satu ruangan Stadhuis. Beberapa pasukan memegang tangan seorang gadis Belanda yang berontak ingin keluar menuju lapangan eksekusi. Dia berteriak-teriak memanggil nama Kho Bing Ong.

Tetapi karena tenaga gadis itu kalah kuat dari tenaga para prajurit  yang menahannya untuk tidak keluar, dia hanya terduduk lunglai sambil menangis tersedu-sedu, sesekali dia menyebut nama Kho Bing Ong dengan lirih. Lirih dari hati yang paling dalam.

Sementara semua yang hadir di situ, menahan nafas, sejenak terdiam seribu bahasa, entah apa yang ada di benak mereka dan apa yang mereka rasakan.

Namun secara tidak terduga, Maria berlari menerobos keluar menuju lapangan eksekusi, rambut pirangnya dia biarkan terurai oleh air hujan.

Maria terus berlari menghindari kejaran pasukan yang mencoba untuk menghalanginya, menuju panggung eksekusi,                               menubruk, memeluk tubuh Kho Bing Ong sampai sebatas paha. Dia terduduk lunglai, bersimpuh sambil meratap. Tragedi cinta yang memilukan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
LONCENG KEMATIAN
DENI WIJAYA
Cerpen
Bronze
PERPISAHAN YANG TAK MAMPU DI HADAPI
agus tardi rohenda
Novel
Bronze
CINTA 18 HARI
Dezzi Echi
Novel
Bronze
Rama's Story : Virgo Chapter 2 - Guardian Angel
Cancan Ramadhan
Novel
Pembohong
Khasbi Abdul Malik
Flash
Bronze
Kalau Sayuran Bisa Ngomong...
Shabrina Farha Nisa
Cerpen
Satu Cangkir Banyak Rasa
YUSAKA_CMH
Novel
My Destiny
Ind Chris
Cerpen
Bronze
Tuan yang Abadi dalam Intuisi
Nada Khalisha I.
Novel
Bronze
Goddes of the War
Alexha Siti
Novel
ToGetHer
Yuli Pritania
Novel
Bronze
Jika Berteduh Namun Tetap Basah
Juu Ajisastro
Novel
Jamais Vu
Wina Pertiwi
Novel
My Manipulative Husband
Camille Marion
Komik
Love me
Kartika Nuraini
Rekomendasi
Flash
LONCENG KEMATIAN
DENI WIJAYA
Flash
ROH
DENI WIJAYA
Cerpen
Surat Kecil Dari Kamboja
DENI WIJAYA
Flash
ANAK-ANAK KONGLOMERAT
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
PERANG SUDAH BERAKHIR
DENI WIJAYA
Flash
SETENGAH PRIA SETENGAH WANITA
DENI WIJAYA
Flash
TUAN HAJI MURAD
DENI WIJAYA
Flash
NONA SEGERALAH MENIKAH
DENI WIJAYA
Flash
SRIGALA IBUKOTA
DENI WIJAYA
Skrip Film
Romeo Bukan Anak Jalanan
DENI WIJAYA
Novel
9 SKALA RICHTER
DENI WIJAYA
Flash
DAUN JATI BERBISIK
DENI WIJAYA
Novel
Menunggu Senja di Jembatan Semanggi
DENI WIJAYA
Cerpen
Cintaku Di Kampus Biru '97
DENI WIJAYA
Novel
Menunggu Di Bandara El Tari
DENI WIJAYA