Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
14
Suka
7,203
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Reruntuhan itu menimpa habis tubuhku. Wajahku tertindih langit-langit kamar. Mustahil kau mampu mengenaliku. Perutku dan segala isinya—hati, lambung, dan jantung—menyebar lengket di mana-mana. Darahku memenuhi ubin dengan merah yang taklagi segar. Cahaya di celah dinding mematangkanku yang tinggal puing. Tidak, para tentara tidak menikam pusarku dengan bayonet, lalu mengaduk-aduk isi perutku, seperti yang biasa terjadi. Tentara yang tergelincir ketika menginjak ususku, bukan tentara yang membunuh kakakku, Safee. Safee sudah mati. Dia mati lebih dulu. Dia mati saat usianya belum genap sebelas tahun. Tentara menghantam pelipis Safee dengan popor senapan dan Ayah segera melarikannya ke pusat medis, tapi para petugas berjubah putih hanya memberinya obat nyeri. Karena tidak sanggup menebus biaya rawat yang harus dibayar di muka, saat Safee siuman, Ayah menggendongnya. Di rumah, Safee tidak mau makan. Ibu terpaksa memberinya susu jahe panas, lalu mengeloninya hingga terlelap. Langit masih muram ketika kami menemukan Safee tidak bergerak di ranjangnya. Safee, kakakku, terlihat begitu kecil dan tua, terlelap di busa tipis yang melekat pada ranjang. Cahaya lampu jalan, yang jatuh di jendela tanpa kaca, menimpa tubuhnya yang sudah terbujur kaku tanpa nyawa. Lalu berkumandanglah azan, begitu lirih dilatari tangis Ibu yang menahan diri agar tidak hancur. Ayah segera mendatangi pos tentara yang letaknya takjauh dari rumah. Dia berteriak hingga suaranya serak, tapi yang didapatnya justru hantaman di perut. Saking lantangnya teriakan Ayah, Ibu dan aku dapat mendengarnya. Kami berpelukan dan ketakutan. Syukurlah, meski harus babak belur di sekujur badan, Ayah selamat, tak kurang suatu apa. Dia menangis di samping Ibu. Di hari yang sama, kami mengubur Safee, yang langsung menjadi simbol perlawanan. Di hari itu juga, karena dituduh menyulut keributan, Ayah dan Ibu dibunuh. Ibu menyembunyikanku di bawah kasur tepat sebelum para tentara memasuki kamar. Dan, mungkin karena malaikat benar-benar ada, aku selamat. Para tentara tidak merasa perlu memeriksa lebih lanjut setelah menghabisi nyawa kedua orang tuaku. Alih-alih membunuhku, mereka menghancurkan bangunan ini sekalian. Karena aku tahu, para belatung, ulat, dan cacing tidak makan arang, jika boleh memilih, aku lebih suka sebuah granat meledak di perutku. Aku taksudi binatang-binatang itu mengulitiku dan memamah dagingku. Dari kolong kasur, aku dapat melihat para tentara, lengkap dengan deru senapan mesin, masih menembaki para demonstran. Debu-debu menebal di udara; panas menyengat bagai lebah menusuk kulit dengan sungutnya yang tajam. Mataku memejam. Tak lagi sakit. Tak lagi. Ayah, Ibu, Kak Safee, Adik tak lagi sakit. Adik sembuh. Allah maha besar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Jadi teringat anime Grave of the Fireflies
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Half Brother's
Hideyo Sakura
Novel
Bronze
Sorry to Goodbye
Allena Moria
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
KALA ITU
Lirin Kartini
Novel
612 Hours
Dya
Novel
Bronze
Tuan September
DameNingen
Novel
Bronze
Cagliari: Hentakan Cinta di Segala Musim
Riskaninda Maharani
Novel
W
9ine_stories
Flash
Aku dan Ibuku
WN Nirwan
Novel
Bronze
MY WAITING LIST : THE ORIGIN
Axel Bramasta
Novel
Slices of Thought
Ekkrisline
Novel
Bronze
Namaku Susan
Johanes Gurning
Novel
Gold
Jodoh
Bentang Pustaka
Flash
Addin
Ilfi Rahmadani
Novel
Bronze
Mengaku Sultan
Herman Sim
Rekomendasi
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar