Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
14
Suka
7,315
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Reruntuhan itu menimpa habis tubuhku. Wajahku tertindih langit-langit kamar. Mustahil kau mampu mengenaliku. Perutku dan segala isinya—hati, lambung, dan jantung—menyebar lengket di mana-mana. Darahku memenuhi ubin dengan merah yang taklagi segar. Cahaya di celah dinding mematangkanku yang tinggal puing. Tidak, para tentara tidak menikam pusarku dengan bayonet, lalu mengaduk-aduk isi perutku, seperti yang biasa terjadi. Tentara yang tergelincir ketika menginjak ususku, bukan tentara yang membunuh kakakku, Safee. Safee sudah mati. Dia mati lebih dulu. Dia mati saat usianya belum genap sebelas tahun. Tentara menghantam pelipis Safee dengan popor senapan dan Ayah segera melarikannya ke pusat medis, tapi para petugas berjubah putih hanya memberinya obat nyeri. Karena tidak sanggup menebus biaya rawat yang harus dibayar di muka, saat Safee siuman, Ayah menggendongnya. Di rumah, Safee tidak mau makan. Ibu terpaksa memberinya susu jahe panas, lalu mengeloninya hingga terlelap. Langit masih muram ketika kami menemukan Safee tidak bergerak di ranjangnya. Safee, kakakku, terlihat begitu kecil dan tua, terlelap di busa tipis yang melekat pada ranjang. Cahaya lampu jalan, yang jatuh di jendela tanpa kaca, menimpa tubuhnya yang sudah terbujur kaku tanpa nyawa. Lalu berkumandanglah azan, begitu lirih dilatari tangis Ibu yang menahan diri agar tidak hancur. Ayah segera mendatangi pos tentara yang letaknya takjauh dari rumah. Dia berteriak hingga suaranya serak, tapi yang didapatnya justru hantaman di perut. Saking lantangnya teriakan Ayah, Ibu dan aku dapat mendengarnya. Kami berpelukan dan ketakutan. Syukurlah, meski harus babak belur di sekujur badan, Ayah selamat, tak kurang suatu apa. Dia menangis di samping Ibu. Di hari yang sama, kami mengubur Safee, yang langsung menjadi simbol perlawanan. Di hari itu juga, karena dituduh menyulut keributan, Ayah dan Ibu dibunuh. Ibu menyembunyikanku di bawah kasur tepat sebelum para tentara memasuki kamar. Dan, mungkin karena malaikat benar-benar ada, aku selamat. Para tentara tidak merasa perlu memeriksa lebih lanjut setelah menghabisi nyawa kedua orang tuaku. Alih-alih membunuhku, mereka menghancurkan bangunan ini sekalian. Karena aku tahu, para belatung, ulat, dan cacing tidak makan arang, jika boleh memilih, aku lebih suka sebuah granat meledak di perutku. Aku taksudi binatang-binatang itu mengulitiku dan memamah dagingku. Dari kolong kasur, aku dapat melihat para tentara, lengkap dengan deru senapan mesin, masih menembaki para demonstran. Debu-debu menebal di udara; panas menyengat bagai lebah menusuk kulit dengan sungutnya yang tajam. Mataku memejam. Tak lagi sakit. Tak lagi. Ayah, Ibu, Kak Safee, Adik tak lagi sakit. Adik sembuh. Allah maha besar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Jadi teringat anime Grave of the Fireflies
Rekomendasi dari Drama
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
The Badboy
Fidya Damayanti
Novel
Don't Judge A Book By It's Cover
Cloverbean
Flash
Halo? Kapan Kau Sebut Namaku Lagi?
Silvia
Novel
Bronze
Money Baby
Naomi Saddhadhika
Flash
Makan Malam
catzlinktristan
Novel
Bronze
REYNA
Si Pena
Novel
Polisi vs perampok
hamida kuncoro hakim
Novel
Gadis Bukan Perawan
Aji Najiullah Thaib
Novel
Gold
Raksasa Kesepian
Mizan Publishing
Novel
Yona dan Kehidupan Dasar Laut
🕯Koo Marko✨
Flash
Bronze
JALAN AYAH
Ranang Aji SP
Novel
Bronze
CERITA BAPAK TENTANG MASA LALU
Embart nugroho
Novel
Bronze
Langit Kala Senja
dita heriwiendyasworo
Flash
Hipokrit
pelantunkata
Rekomendasi
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar