Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
15
Suka
17,785
Dibaca

Reruntuhan itu menimpa habis tubuhku. Wajahku tertindih langit-langit kamar. Mustahil kau mampu mengenaliku. Perutku dan segala isinya—hati, lambung, dan jantung—menyebar lengket di mana-mana. Darahku memenuhi ubin dengan merah yang taklagi segar. Cahaya di celah dinding mematangkanku yang tinggal puing. Tidak, para tentara tidak menikam pusarku dengan bayonet, lalu mengaduk-aduk isi perutku, seperti yang biasa terjadi. Tentara yang tergelincir ketika menginjak ususku, bukan tentara yang membunuh kakakku, Safee. Safee sudah mati. Dia mati lebih dulu. Dia mati saat usianya belum genap sebelas tahun. Tentara menghantam pelipis Safee dengan popor senapan dan Ayah segera melarikannya ke pusat medis, tapi para petugas berjubah putih hanya memberinya obat nyeri. Karena tidak sanggup menebus biaya rawat yang harus dibayar di muka, saat Safee siuman, Ayah menggendongnya. Di rumah, Safee tidak mau makan. Ibu terpaksa memberinya susu jahe panas, lalu mengeloninya hingga terlelap. Langit masih muram ketika kami menemukan Safee tidak bergerak di ranjangnya. Safee, kakakku, terlihat begitu kecil dan tua, terlelap di busa tipis yang melekat pada ranjang. Cahaya lampu jalan, yang jatuh di jendela tanpa kaca, menimpa tubuhnya yang sudah terbujur kaku tanpa nyawa. Lalu berkumandanglah azan, begitu lirih dilatari tangis Ibu yang menahan diri agar tidak hancur. Ayah segera mendatangi pos tentara yang letaknya takjauh dari rumah. Dia berteriak hingga suaranya serak, tapi yang didapatnya justru hantaman di perut. Saking lantangnya teriakan Ayah, Ibu dan aku dapat mendengarnya. Kami berpelukan dan ketakutan. Syukurlah, meski harus babak belur di sekujur badan, Ayah selamat, tak kurang suatu apa. Dia menangis di samping Ibu. Di hari yang sama, kami mengubur Safee, yang langsung menjadi simbol perlawanan. Di hari itu juga, karena dituduh menyulut keributan, Ayah dan Ibu dibunuh. Ibu menyembunyikanku di bawah kasur tepat sebelum para tentara memasuki kamar. Dan, mungkin karena malaikat benar-benar ada, aku selamat. Para tentara tidak merasa perlu memeriksa lebih lanjut setelah menghabisi nyawa kedua orang tuaku. Alih-alih membunuhku, mereka menghancurkan bangunan ini sekalian. Karena aku tahu, para belatung, ulat, dan cacing tidak makan arang, jika boleh memilih, aku lebih suka sebuah granat meledak di perutku. Aku taksudi binatang-binatang itu mengulitiku dan memamah dagingku. Dari kolong kasur, aku dapat melihat para tentara, lengkap dengan deru senapan mesin, masih menembaki para demonstran. Debu-debu menebal di udara; panas menyengat bagai lebah menusuk kulit dengan sungutnya yang tajam. Mataku memejam. Tak lagi sakit. Tak lagi. Ayah, Ibu, Kak Safee, Adik tak lagi sakit. Adik sembuh. Allah maha besar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Flash
The Secret Box
Gadhinia Devi Widiyanti
Cerpen
Balada Tempat Sampah
Yutanis
Skrip Film
Notes to my 17 year old life
Bellinda Aliefia Diardi
Skrip Film
Di Kafe
Nida C
Flash
Bronze
Kecewa
Ika nurpitasari
Flash
Zia
Cassandra Reina
Novel
Bronze
TTM
Arslan Cealach
Skrip Film
The barbershop
fasya aditya
Flash
MEDIA TIDAK SOSIAL
Hazalia Zahra
Cerpen
Bronze
Putri Beras Putih's Love Story
Silvarani
Novel
Dari tempatku berdiri
Martha Melank
Cerpen
Bronze
SIM (Surat Ijin Menikahi) Perusahaan.
Yanti suryanti
Novel
You're My Blue
Risma Nur'aeni
Novel
Wanita dalam Pasung
Rina Anggraeni Safia
Rekomendasi
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar