Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Jalan Sepajang Malam
12
Suka
7,430
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Tentu saja aku sadar bahwa aku sudah mati, dan yang berjalan di sampingku adalah Kematian itu sendiri. Dia tidak jauh berbeda dengan yang selama ini kubayangkan. Wajahnya setua pohon-pohon di belantara dan rambutnya dipenuhi uban sehalus gerimis. Badannya kurus, tapi tidak kering. Aku mencari matanya di balik kacamata berbingkai perak yang gagangnya sudah sedikit berkarat, tapi tidak menemukan apa pun, selain gurat lelah di pelipisnya. Di bibirnya terselip sebatang rokok separuh terbakar. Dia tidak banyak bicara. Seolah menyampaikan sepatah kata saja mampu menghabiskan seluruh energinya. 

“Aku tak menyangka kau merokok juga,” kataku.

Dia mengambil rokoknya, lalu memandangnya lama. Akhirnya aku melihat matanya—tua dan getir. Bukankah dia sudah ada sejak permulaan waktu? 

“Entahlah. Menurutmu, bagaimana aku mampu melakoni pekerjaan sesunyi ini tanpa merokok?” Dia mengambil kotak rokok di saku kanannya, lalu menepuknya lembut sampai sebatang rokok menyembul. “Kau mau?” tawarnya. "Ambil, lah."

Aku menolaknya. Namun, dia tahu aku mau. Lagipula, aku sudah mati, jadi tidak perlu menahan diri. Tak ada yang bisa membunuhku—lagi. Saat aku menerima tawarannya, dia terkekeh, lalu menyulut rokokku dengan ujung rokoknya. Suara desis terdengar empuk saat aku mengisapnya. Asap putih mengepul kental begitu aku mengembuskannya. Rasanya lebih nikmat dari yang kuingat.

“Omong-omong, ada angkringan di dekat sini. Kopinya enak. Mau mampir?” dia tiba-tiba bicara dan aku mengiyakan saja. Setelah setengah jam berjalan seolah tanpa tujuan, akhirnya kami tiba di tempat yang dia maksud—sebuah tenda terpal dengan lampu oranye seredup kunang-kunang. Begitu kami memasuki ruangan, seorang pria mengantarkan dua cangkir kopi, lengkap dengan pisang gorengnya. Setelah menaruh rokok di ujung meja, aku menyesap kopiku. 

Bau tanah mulai merayap di udara dan tetes air jatuh di permukaan tenda. Angin mengubah hujan yang tadinya gerimis, menjadi deras. Aku mengintip sebentar. Di luar, halimun memanjat pohon-pohon dan kabut memamah batu-batu. Dingin menjilat-jilat kulit. Aku merapatkan jaket, lalu mengancingkannya. Setelah membuang lelatu di ujung rokok, aku mengisapnya lagi.

Ketika hujan menderas, seraya menutup kepala dengan tangan, beberapa pelanggan buru-buru memasuki tenda. Mereka memesan secangkir kopi, sama seperti kami. Aku tidak tahu, apakah mereka pernah hidup atau tidak, atau mungkin adalah Kematian itu sendiri—seperti dia yang kini duduk di sampingku. Rekanku menumpahkan kopinya ke pisin, lalu menyesapnya dengan sangat hati-hati. Ketika dia mendekatkan ujung piring ke bibir, tangannya bergetar

Hujan mengaburkan seluruh jalan. Tenda mulai ramai. Mungkin sebentar lagi asap rokok dan obrolan tak berarti memenuhi tempat ini. Mungkin malam ini akan berlangsung selamanya. Tanpa rumah untuk pulang.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
indah dan profesional banget gaya penulisannya. Sayang ada beberapa kata yang mungkin tidak dipahami oleh orang awam, pun saya. 💀💀💀💀💀1/2/💀💀💀💀💀 alias 4.5/5 dari saya. 🤗🙏
Keren Kak 👍⭐
Can
lumayan. soalnya aku suka misteri thriller
Wow akhirnya terlihat, Kak...
Rekomendasi dari Drama
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Sunshine
Aisyah Azzahra
Flash
Bronze
GORESAN PENA
ATTAR DARNIS
Novel
Bronze
Cinta dan Rahasia
Cesssy
Novel
TANPA TAPI
Rahma Pangestuti
Novel
Bronze
Airy
Jenny C Blom
Novel
Gold
Olenka
Noura Publishing
Novel
Teratai di Atas Bukit
Justang Zealotous
Novel
Moon On The Water
rayba lonehuman
Novel
Aku ingin seperti Dia
Sunarti kacaribu
Novel
Bronze
Lintang Kelana
Khairul Azzam El Maliky
Skrip Film
KOMPLEKSITAS
Albert Stefanus
Novel
Cindervelin
Evelyn
Novel
Bronze
A Good Father
Lilian
Novel
Bronze
Suratan Takdir
Rita wedia
Rekomendasi
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar